Terancam Lockdown, Hong Kong "Diserang" Panic Buying
Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena panic buying (pembelian panik) terjadi di Hong Kong. Warga mulai berbondong-bondong mengosongkan rak-rak di supermarket setelah pemerintah berencana melakukan penguncian (lockdown) Maret ini.
Melansir AFP, Selasa (1/3/2022), penduduk kota berbondong-bondong ke supermarket, apotek, dan toko sayuran. Foto yang beredar di media sosial menunjukkan orang kesulitan menemukan berbagai barang termasuk daging, sayuran, makanan beku, mie, parasetamol, dan alat tes.
Pihak berwenang berencana untuk menguji semua 7,4 juta penduduk bulan ini. Mereka juga mengisolasi semua infeksi baik di rumah atau di serangkaian kamp yang masih dibangun dengan bantuan China.
Pemimpin kota Carrie Lam pada awalnya tidak ingin melakukan lockdown seperti China, di mana warga harus dikurung di rumah mereka selama periode pengujian. Namun kepala kesehatan Sophia Chan mengkonfirmasi rencana lockdown itu.
Beberapa media pro-pemerintah Hong Kong yang mengutip sumber resmi juga mengatakan hal itu. Pihak berwenang disebut sedang mempertimbangkan berbagai opsi itu selama periode pengujian.
Terkait hal ini, pemerintah mengeluarkan pernyataan yang mengatakan persediaan makanan tetap konstan dan tidak perlu melakukan pembelian panik. Namun para analis mengatakan ketidakpastian dan ketidakpercayaan memicu kebiasaan konsumen.
"Kami memiliki begitu banyak pertanyaan tetapi semua jawaban 'akan dikonfirmasi'. Terburu-buru membeli dan menimbun, biarkan orang memutuskan bagaimana menjalani hidup mereka," kata Chan Ka-lok, sarjana politik internasional di Universitas Baptis, di media sosial.
Salah satu kota terpadat di dunia, supermarket Hong Kong memiliki ruang penyimpanan terbatas. Sebagian besar makanannya diimpor dari China dan krisis pasokan saat ini telah diperburuk oleh pengemudi truk lintas batas yang terinfeksi varian Omicron.
Kepercayaan pada jaminan pemerintah juga rendah di Hong Kong, di mana pihak berwenang telah melakukan tindakan keras selama dua tahun meski ada perbedaan pendapat setelah protes demokrasi besar-besaran. Hong Kong kini tercatat memiliki total 205.780 kasus infeksi dan 744 kematian, menurut data Worldometers.
(tfa/tfa)