Bisnis Bakeri Naik Daun Bikin Impor Gandum Naik?

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
Kamis, 17/02/2022 06:55 WIB
Foto: Donat (CNBC Indonesia/ Wanti Puspa Gustiningsih)

Jakarta, CNBC Indonesia -Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) mencatat adanya lonjakan konsumsi terigu di Indonesia. Tahun 2021, tumbuh 4,6%, melonjak dibandingkan tahun 2020 yang hanya tumbuh 0,4%.
Lonjakan konsumsi terigu di dalam negeri diduga karena mulai menggeliatnya ekonomi. Serta, berkembangnya bisnis makanan berbasis terigu (bakery).

"Pelaku bisnis bakery sekarang sudah tidak konvensional, mereka berpromosi dengan segala macam cara pemasaran. Mungkin karena itu konsumsi pangan berbasis terigu di dalam negeri naik," kata Ketua Umum Aptindo Franciscus Welirang kepada CNBC Indonesia, Rabu (16/2/2022).

World-grain.com mengutip USDA, permintaan pangan berbasis gandum di Indonesia mulai membaik seiring pelonggaran aktivitas saat pandemi Covid-19.


"Impor gandum Indonesia diprediksi rebound di tahun fiskal 2021 - 2022 ke 10,6 juta ton. Naik 2% dari proyeksi awal Foreign Agricultural Service of the US Department of Agriculture (USDA)," seperti dikutip dari world-grain.com, Rabu (16/2/2022).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, komoditas yang alami peningkatan impor terbesar di Januari 2022 dipimpin kelompok serealia atau tanaman biji-bijian, dengan kode HS-10. Dengan peningkatan US$130,3 juta.

Menurut catatan BPS, serealia dengan HS-10 secara month to month naik 60,66%.

Jika lebih rinci, komoditasnya terbesar berupa wheat grain HS 8 digit-nya 10019912. Kedua, adalah wheat other than durum wheat dengan kode HS 8 digit 10019919, kemudian millet HS 10082900.

Foto: Pembuatan mie di rumah produksi Mie Karya Abadi, Ciledug, Kota Tangerang, Banten, Rabu, (9/9/2020). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Pekerja menyelesaikan proses pembuatan mie di rumah produksi Mie Karya Abadi, Ciledug, Kota Tangerang, Banten, Rabu, (9/9/2020). Produksi mie rumahan tersebut menurun dari 1,5 ton perhari menjadi 1 ton perhari. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)Pandemi Covid-19 hampir memukul semua sektor, terutama sektor ekonomi UMKM yang lama telah lama ditekuni oleh Samino (63).Menurut Samino "Selama pandemi masuk indonesia banyak mal yang tutup, sebagian pelanggan kita kebanyak di mal" jelasnya. Dengan kondisi yang seperti ini penjualan berkurang menjadi 30%, pelanggan tidak hanya di dalam mal melainkan juga dekat dengan sekolah dan perkantoran.Pabrik rumahan yang berdiri sejak tahun 1981 ini bisa mempekerjakan 9 orang karyawan.Proses pembuatan mie ini dimulai pukul 21.00 hingga 04.00 dan waktu kedua dimulai pada 11.00 sampai 14.00."Sebelum Covid melanda, produksi mie rumahan ini memproduksi 1,5 ton perhari dan sampai saat ini produksi mie hanya 1 ton per harinya" tambahnya pria kelahiran Wonogiri ini

"Penggunaan gandum oleh 32 pabrik di dalam negeri pada tahun 2020 adalah 8,6 juta ton. Tahun 2021 naik jadi 8,9 juta ton. Tahun 2022 proyeksi kami mengikuti perekonomian, tumbuh 5%. Itu impor gandum oleh industri terigu nasional," ujarnya.

Jika terjadi lonjakan impor secara nilai di Januari 2022, lanjutnya, hal itu karena harga gandum memang sedang naik.

"Kalau industri biasanya hanya simpan stok 2 bulan. Tapi, dengan harga seperti sekarang, pabrik tentu berhitung. Kemungkinan hanya berani punya stok 1 bulan ke depan," kata pria yang kerap disapa Franky ini.

Di sisi lain, dia menduga, gonjang-ganjing geopolitik Rusia - Ukraina bisa saja memicu aksi beli gandum lebih banyak di Januari ini. Karena Ukraina adalah salah satu pemasok gandum Indonesia.

"Tapi ini hanya dugaan. Mungkin ada pertimbangan takut nggak dapat. Hanya saja, kalau melihat dari sisi permintaan terigu domestik, Januari tidak terlalu tinggi," kata Franky.

Bahkan, lanjutnya, permintaan terigu domestik di Januari 2022 justru turun 2% dibandingkan Januari 2021.

"Tahun 2021, hasil ekstraksi gandum impor menghasilkan 6,96 juta ton terigu di dalam negeri. Tahun 2020, hasilnya 6,7 juta ton terigu," ujarnya.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Jurus Mentan Genjot Produksi Gandum dan Kedelai RI