Biaya PLTS Atap Bisa Puluhan Juta Rupiah, Kapan Balik Modal?

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
Jumat, 11/02/2022 14:20 WIB
Foto: Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). (CNBC Indonesia/ Andrean Krtistianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah terus menggencarkan program Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap guna mengejar target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025 dan menuju netral karbon pada 2060 mendatang.

Tak tanggung-tanggung, pemerintah menargetkan kapasitas terpasang PLTS Atap pada 2025 bisa melonjak menjadi 3.600 Mega Watt (MW) atau 3,6 Giga Watt (GW). Padahal, hingga Desember 2021 kapasitas terpasang PLTS Atap baru tercatat sebesar 48,79 MW dengan jumlah pelanggan sebesar 4.794 tersebar di seluruh Indonesia.

Masih rendahnya kapasitas terpasang PLTS Atap ini salah satunya bisa dipicu karena masih mahalnya modal untuk biaya pemasangan PLTS Atap ini.


Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, menyebut biaya modal (capital expenditure/ capex) pemasangan PLTS Atap per 1 kilo Watt peak (kWp) atau setara 1.000 Watt saat ini sebesar Rp 17 juta.

Biaya ini menurutnya telah turun bila dibandingkan lima tahun lalu yang mencapai Rp 24 juta per kWp.

Dia mengatakan, untuk pelanggan rumah tangga, biasanya kapasitas PLTS Atap sebesar 2-3 kWp. Artinya, bila PLTS Atap dipasang hingga 3 kWp, maka diperlukan biaya hingga Rp 51 juta.

"PLTS sekarang sudah turun sendiri biayanya, misalnya untuk skala rumah tangga 2-3 kWp, 1 kWp-nya sekarang sudah di angka Rp 17 jutaan, dulu waktu saya pasang di 2017 masih Rp 24 juta per kWp," paparnya dalam diskusi 'Youth Movement for G20 Energy Transition', Selasa (08/02/2022).

Hal serupa diungkapkan oleh Herman Darnel Ibrahim, anggota Dewan Energi Nasional (DEN). Herman mengakui bahwa biaya pemasangan PLTS Atap kini memang masih mahal, sekitar Rp 10 juta sampai Rp 15 juta per kWp.

Masih tingginya biaya untuk PLTS Atap ini membuat banyak orang masih enggan memasangnya.

Lantas, berapa lama pelanggan bisa balik modal dari pengeluaran biaya belasan hingga puluhan juta rupiah untuk pemasangan PLTS Atap tersebut?

Herman menyebut, tingkat pengembalian modal ini bisa sekitar 7-10 tahun.

"Asumsi biaya pasang PLTS Atap Rp 10 juta-Rp 15 juta per kWp, payback period bisa 7-10 tahun," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (11/02/2022).

Perkiraan periode pengembalian modal tersebut menurutnya dengan asumsi pelanggan memasang sekitar 3 kWp PLTS Atap.

Dia menyebut, dari pengalaman dirinya yang juga sudah memasang PLTS Atap berkapasitas 3.200 Watt atau sekitar 3,2 kWp sejak 2020 lalu, biaya penghematan pembayaran tagihan listrik sejak memasang PLTS Atap mencapai sekitar Rp 300 ribu per bulan dari tagihan sekitar Rp 2,5 juta-Rp 3 juta per bulannya. Adapun kapasitas daya meteran listrik di rumah yakni mencapai 11 ribu Watt.

Namun demikian, dengan peraturan baru terkait PLTS Atap yang sudah ditetapkan Menteri ESDM, yakni Peraturan Menteri ESDM No. 26 tahun 2021 tentang PLTS Atap yang Terhubung pada Jaringan Tenaga Listrik Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum, menurutnya biaya penghematan pembayaran tagihan listrik bisa menjadi lebih besar lagi.

Hal ini dikarenakan di dalam peraturan baru ini, pelanggan bisa mengekspor kilo Watt hour (kWh) listrik ke PT PLN (Persero) menjadi 100% dari sebelumnya hanya 65%.

Alhasil, penghematan tagihan listriknya menurutnya naik menjadi sekitar Rp 500 ribu per bulan.

"Karena payback period PLTS Atap ini cukup lama, maka pemerintah harus memastikan kualitas panel surya juga bagus dan kualitas perlu diatur, setidaknya harus bisa bertahan hingga 25 tahun," tuturnya.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: "Janji Surga" RUPTL Baru, Industri Panel Surya Genjot Produksi