Mendag Ungkap Daya Tarik Investasi di Indonesia

Lalu Rahadian, CNBC Indonesia
09 February 2022 20:37
Menteri Perdagangan (Mendag), M. lutfi (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)
Foto: Menteri Perdagangan (Mendag), M. lutfi (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Peningkatan kinerja industri, hilirasi, dan besarnya potensi pasar Indonesia disebut sebagai daya tarik untuk menarik investasi besar dalam beberapa tahun terakhir. Apalagi, dalam 20 bulan Indonesia berhasil menjaga tren positif neraca perdagangan.

Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dalam acara Mandiri Investment Forum, Rabu (9/2/2022).

"Jadi maksud saya adalah kita memiliki pasar bebas. Itulah pendorong investasi, karena pasar yang besar menjadi pendorong investasi. Kami melakukan industrialisasi skala besar karena kami sangat disiplin dalam mengalirkan nilai tambah kami yang berasal dari pertambangan, dan ini sangat penting," kata Lutfi.

Neraca perdagangan Indonesia hingga Desember 2021 dalam tren surplus selama 20 bulan beruntun. Terakhir, pada penghujung 2021 neraca dagang Indonesia surplus US$ 1,02 miliar dengan nilai ekspor US$ 22,38 miliar dan impor US$ 21,36 miliar.

Sepanjang 2021, total nilai ekspor Indonesia mencapai US$231,5 miliar. Beberapa produk unggulan ekspor Indonesia adalah besi dan baja, produk elektronik, produk elektrik, dan otomotif beserta suku cadangnya.

Lutfi mengatakan struktur ekspor Indonesia saat ini didominasi produk-produk manufaktur dan dari sektor industri. Kontribusinya terhadap total ekspor mencapai 76,49% sepanjang 2021. Pertumbuhan nilai ekspor produk industri per 2021 mencapai 35,11% secara tahunan.

Salah satu produk manufaktur yang dapat menjadi Indonesia adalah barang-barang otomotif dan turunannya. Sepanjang 2021, ekspor barang otomotif dan suku cadang mencapai US$ 7,87 miliar.

Menurut Lutfi, dia telah sejak lama yakin industri otomotif di Indonesia akan tumbuh masif. Alasannya, Indonesia memiliki potensi pasar yang luar biasa, dan mampu mengambil kesempatan di tengah lesunya industri otomotif di negara lain.

"Jumlah konsumen produk otomotif di Indonesia sangat besar. Pada 2005, saya lihat data di Thailand setiap 1.000 orang punya 179 mobil. Tapi di Indonesia dari 1.000 orang hanya 37 yang memiliki mobil. Dari situ saya yakin Indonesia akan menajdi negara terdepan untuk menarik investasi industri otomotif," katanya.

Potensi pasar Indonesia yang besar didukung terjadinya instabilitas politik di Thailand, salah satu produsen mobil besar di Asia Tenggara. Tak hanya instabilitas politik, bencana alam besar juga sempat terjadi di Thailand sehingga memutus rantai pasok industri otomotif di negara itu.

Kondisi tersebut membuat banyak investor akhirnya mengalihkan pabrik manufaktur otomotif ke Indonesia. Lutfi bercerita, dia sempat melihat calon investor berbondong-bondong terbang menuju Indonesia untuk membuka pabrik otomotif pasca kondisi Thailand terganggu.

"Jika kita lihat data sekarang, negara mana yang menjadi konsumen utama produk otomotif kita? Maka jawabannya Filipina. Dari US$7,8 miliar ekspor produk otomotif Indonesia, 23,3% di antaranya masuk ke sana. Setelah itu posisinya disusul Vietnam. Indonesia adalah salah satu dari sedikit negara yang berdagang dengan Vietnam dan menyebabkan neraca dagang mereka defisit," tuturnya.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bank Mandiri Tegaskan Kesiapan Jadi Mitra Pemulihan Ekonomi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular