RI Punya Harta Karun Hijau Raksasa, Tapi Baru Dipakai 0,3%

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
Rabu, 09/02/2022 16:55 WIB
Foto: Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). (CNBC Indonesia/ Andrean Krtistianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah dalam hal ini Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan bahwa pemakaian potensi 'harta karun' hijau atau energi baru dan terbarukan di Indonesia baru mencapai 0,3%.

Padahal, Indonesia sendiri memiliki potyensial atas bauran energi hingga 3.686 Giga Watt (GW) yang bersumber dari solar, hidro, bio energi, angin, pana bumi dan laut.

"Namun penggunaannya saat ini masih terbilang rendah, hanya 0,3%," ujar Menteri Arifin Tasrfi dalam Mandiri Investment Forum, Rabu (9/2/2022).


Atas capaian pemakaian yang masih rendah, pemerintah, kata Arifin menargetkan untuk bisa memiliki bauran energi 23% pada 2025.

Adapun saat ini pemerintah telah memiliki peta jalan atau road map menuju karbon netral atau net zero emission pada 2060 atau lebih cepat.

Pada 2021-2025 misalnya, pemerintah menargetkan untuk bisa memasang 3,6 Giga Watt rooftop solar PV, mengembangkan 10,6 Giga Watt pembangkit EBT, gasikasi 1,7 GW, dan sebagainya. Dengan semua program yang akan dijalankan tersebut, pemerintah menargetkan bisa mengurangi 198 juta ton emisi CO2 ekuivalen pada 2025.

Kemudian, pada 2026-2030, pemerintah menargetkan bisa mengembangkan lagi pembangkit yang bersumber dari EBT sebesar 10,3 GW. Dengan demikian, emisi CO2 bisa direduksi hingga 314 juta ton pada 2030. "Seterusnya hingga 2060 kita harus mengurangi emisi sebesar 3,5 triliun ton CO2," jelas Arifin.

Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), program kelistrikan yang berasal dari EBT ditargetkan akan mencapai 20,9 Giga Watt hingga 2030.

Sementara pemerintah menargetkan bisa mengembangkan pembangkit EBT pada tahun 2060, sebesar 587 Giga Watt, sebagai cara pemerintah untuk mencapai netral karbon.

"Jadi mulai tahun 2030 tidak ada lagi rencana pemasangan pembangkit listrik batu bara," ungkap Menteri Arifin dalam Mandiri Investment Forum, Rabu (9/2/2022).

Untuk mendukung jalannya program energi hijau sampai tahun 2060 itu, pihaknya juga akan mengembangkan yang namanya jaringan listrik ke antar pulau di Indonesia melalui smart grid system atau smart grid technology.

Sehingga, pengembangan energi baru dan terbarukan yang ada di daerah-daerah, listrik energi hijau bisa tersambung agar bisa memanfaatkan semua energi bersih yang ada di Indonesia itu.

Yang terpenting dan menjadi catatan adalah, untuk mencapai pengembangan pembangkit sebesar 587 Giga Watt itu, Indonesia membutuhkan investasi yang sangat besar, atau dalam catatan Menteri Arifin mencapai US$ 1,177 triliun atau sekitar Rp 16.831.100 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per US$) hingga 2060. Nilai itu setara US$ 29 miliar per tahun atau sekitar Rp 415 triliun per tahun.

"Kami berharap dapat menarik investor untuk datang bergabung dengan proyek di Indonesia. Berdasarkan target kita cukup ambisius untuk diimplementasikan, tapi bagaimanapun kita harus melakukannya," tandas Arifin.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: ESDM Selidiki Longsor Maut Tambang Gunung Kuda Cirebon