Pantas EBT Minim, Harganya Lebih Tinggi dari Tarif Listrik

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
09 February 2022 13:50
PT Pertamina (Persero) terus memprioritaskan berbagai program transisi energi menuju energi baru dan terbarukan dengan memanfaatkan sumber energi yang melimpah di dalam negeri serta mengoptimalkan infrastruktur dari bisnis yang ada.
Foto: Dok Pertamina, Dari Biodiesel, DME Hingga Carbon Capture, Pertamina Wujudkan Ekonomi Hijau Berkelanjutan

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral mengungkapkan dalam melakukan transisi energi menuju net zero emission (NZE) banyak hal yang harus dipertimbangkan, agar tidak merugikan masyarakat.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menjelaskan, dalam menyerap emisi gas rumah kaca membutuhkan teknologi yang membutuhkan investasi yang besar.

"Kami di ESDM tidak mengembangkan EBT at any cost. Kita ingin EBT energi bersih dan listriknya juga terjangkau," jelas Dadan dalam acara virtual yang dikutip Kamis (9/2/2022).

"Kita tidak mendorong pembangkit-pembangkit yang harganya 20 sen per kWh. Kan kalau bayar listrik di kita 1.400-an. Kalau listrik dari EBT 2.000, kan harus nombok," kata Dadan melanjutkan.

Oleh karena itu, kata Dadan pihaknya terus melakukan perencanaan dengan matang dalam mendorong energi bersih.

"Dorong teknologinya bisa berjalan. Hingga saatnya industrinya siap dan harganya siap," ujarnya.

Sebelumnya, Dadan dalam keterangan tertulisnya menjelaskan, hingga akhir 2021, bauran energi terbarukan mencapai 11,5% dari total energi nasional.

Adapun pemerintah menargetkan bauran energi terbarukan bisa mencapai 23% pada 2025. Artinya masih terdapat selisih 11,5% lagi yang harus dikejar pemerintah dalam 4 tahun mendatang.

Selama masa tersebut, Dadan bilang, PLN maupun swasta akan mengejar ketertinggalan 10 Giga Watt (GW) hingga 2025. Selanjutnya, dalam jangka 5 tahun atau 2030 ditargetkan bauran energi terbarukan mencapai 20,9 GW, sesuai dengan rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) PLN 2021-2030.

Dadan mengungkapkan, pencapaian target tersebut bertujuan mengantisipasi meningkatnya konsumsi listrik di masa mendatang. Dia meyakini konsumsi listrik Indonesia perlahan akan mengalami lonjakan menyusul negara lain di Asia Tenggara.

"Konsumsi listrik kita masih rendah angkanya, seperti negara tetangga Malaysia misalnya tiga kali lipat dari kita. Ini adalah satu potensi ke depan, Indonesia masih akan tumbuh lebih cepat dan diperlukan listrik lebih banyak," ujarnya.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dear Investor, Pemerintah Siapkan Pendanaan Untuk EBT Nih!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular