
Pak Jokowi, Potensi EBT Besar Tapi Pemanfaatannya Rendah Nih!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat potensi penggunaan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) untuk pembangkit ketenagalistrikan sangat besar. Hanya saja, pemanfaatannya masih minim atau jauh dari potensi EBT yang ada saat ini.
Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P Hutajulu menyampaikan, potensi EBT sangat besar, sementara pemanfaatan masih rendah. Dalam hal ini, Potensi EBT yang teridentifikasi melingkupi PLTA/GL, PLTA, dan lainnya.
Untuk mendukung potensi itu, pemerintah memang memiliki rencana interkoneksi tenaga listrik pengembangan transisinya yang telah menghubungkan antar sistem di dalam pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.
Diantara rencana interkoneksi listrik, sedang direncanakan interkoneksi antar pulau dengan 500 kV. Indonesia juga mencanangkan interkoneksi Sumatera-Malaysia (2030) yang juga mendukung kerangka kerjasama ASEAN Power Grid.
Salah satu syarat yang disampaikan untuk pengembangan EBT yaitu adanya transmisi dalam rencana pengembangan super grid di Nusantara. "Fokus kajian super grid akan mengarah antara Kalimantan dan Sulawesi, juga Sumatera dan Jawa," ungkap Jisman dalam siaran pers yang diterima Kamis (3/2/2022).
Adapun saat ini pemerintah sedang menyiapkan langkah perancangan undang-undang terkait super grid itu. Hal itu dalam rangka mendukung power grid system, yang bertujuan untuk mendorong dan mempercepat transisi dari energi fosil menjadi EBT di Indonesia.
Fabby Tumiwa selaku Excecutive Director dari Institute for Essential Services Reform (IESR) menyampaikan, bahwa energi fosil adalah penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca yaitu sebesar 2/3 dari total emisi global. Dalam pertengahan abad ini diharapkan bisa mencapai net zero emission (NZE), khususnya Indonesia yang diharapkan dapat tercapai tahun 2060 atau lebih cepat.
"Perlu peningkatan elektrifikasi seperti di sisi industri, penggunaan thermal bisa diganti menjadi listrik sebagai bagian dari transisi energi Indonesia," ujar Fabby Tumiwa.
Dalam pengembangan tenaga surya, Indonesia memiliki potensi teknis Pembangkit Tenaga Surya (PLTS) sebesar 7.700 GW. Potensi untuk EBT paling banyak adalah di luar Jawa, sementara pusat bebannya lebih pada pulau Jawa dan Sumatera.
Fabby menilai, pengembangan grid interconnection harus mempertimbangkan perluasan grid dan koneksi antar pulau, yang melihat dari kebutuhan dan suplai keseimbangan dengan nusantara. Dari interkoneksi dan menggunakan EBT ini bisa membawa dampak positif dari segi biaya yang jauh lebih murah.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perhatian! Ada Angin Segar Untuk Energi Hijau RI 2022 Nih
