
Ngeri! Senjata Rahasia Rusia Ini 'Belah' Eropa Jadi 2

Meski NATO yang kebanyakan negara Eropa Barat mulai mengirimkan pasukan ke Ukraina, namun nampaknya Eropa "terpecah". Prancis misalnya mendorong diplomasi untuk mencegah konflik, tanpa melibatkan AS.
Ia berbicara dengan Putin, melalui telepon kedua kalinya dalam seminggu ini. Senin (31/1/2022), Kepresidenan Prancis mengatakan pembicaraan keduanya adalah bagian dari de-eskalasi konflik.
Bahkan, pertemuan tatap muka tidak dikesampingkan. Meskipun belum ada yang dijadwalkan hingga saat ini.
Kremlin juga mengatakan kedua pemimpin telah membahas Ukraina. Termasuk tuntutan Putin untuk jaminan keamanan yang akan mencakup penghentian mengikat secara perluasan pengaruh NATO ke Eropa timur.
Sebelumnya, di akhir Januari lalu, Prancis dan Jerman juga menginisiasi pembicaraan gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina. Ini terkait konflik antara Ukraina dengan milisi pro Rusia di negara itu.
Kelompok Normandia, begitu kelompok ini disebut, menyebut ada "kemajuan positif" dalam pembicaraan. "Dialog akan terus dikejar," tegas Prancis.
Perlu diketahui, keberadaan kelompok pro Rusia di Ukraina juga terkait ambisi Moskow menjauhkan Kiev dari NATO. Sejak revolusi menggulingkan pro Rusia terjadi di Ukraina, Moskow menganggap kedekatan Barat dan Ukraina sebagai ancaman.
Sementara itu, anggota NATO lain, Hungaria juga turun tangan. PM Viktor Orban melakukan pembicaraan dengang Putin, Selasa.
Ia menegaskan perbedaan Rusia dan Barat masÃa bisa dijembatani. Kesepakatan damai bisa dimunculkan.
"Situasinya serius, perbedaannya substansial," kata Orban pada konferensi pers.
"Tetapi perbedaan posisi yang ada dapat dijembatani, dimungkinkan untuk membuat kesepakatan yang menjamin perdamaian dan keamanan Rusia dan itu juga dapat diterima oleh anggota NATO."
Orban sendiri memimpin Hungaria sejak 2010. Ia memang memiliki hubungan persahabatan dengan Putin yang membuat hubungannya memburuk dengan Uni Eropa (UE).
(tps)[Gambas:Video CNBC]