
Ngeri! Senjata Rahasia Rusia Ini 'Belah' Eropa Jadi 2

Menurut data badan data Eurostat di tahun 2020, Rusia menyumbang sekitar 38% dari impor gas alam Uni Eropa. Negeri itu mengirimkan hampir 153 miliar meter kubik.
Kontribusi Negeri Beruang Putih semakin besar di Benua Biru semenjak produksi gas Belanda menurun akibat penutupan ladang gas. Belum lagi penutupan PLT Nuklir Prancis dan PLTU batu bara Jerman.
Saat ini Eropa masih menghadapi tekanan dari krisis energi akibat pasokan yang langka sehingga menyebabkan harga gas masih tinggi. Dampaknya biaya-biaya jadi mahal baik untuk rumah tangga maupun industri.
Inflasi Eropa pun meningkat menjadi 5% pada bulan Desember 2021 dari yang biasanya stabil di rentang 2-2,5%. Apalagi saat ini Eropa masih mengalami musim dingin.
Energi seperti gas jadi krusial di Benua Biru. Permintaan untuk penghangat akan melonjak sehingga jika pasokan gas dari Rusia terpotong, maka jadilah Eropa benar-benar menjadi biru karena membeku.
Pertengkaran kecil antara Rusia-Ukraina pada musim dingin 2008-2009 telah menghentikan aliran gas dan membuat sebagian Eropa kedinginan. Ini juga dikhawatirkan kembali terjadi di Eropa jika Rusia kembali "ngambek" dan tak ada jalan damai.
Sebenanrya tak hanya soal energi, lika pun ada sanksi ke Rusia, ini juga akan mengguncang keuangan Eropa. Terutama jika hukumannya menonaktifkan Rusia dari sistem pembayaran internasional.
Bank Sentral Eropa (ECB) memberi peringatan bagi pemberi pinjaman dengan eksposur signifikan ke Rusia untuk mempersiapkan diri mereka jika Rusia terkena sanksi. ECB menilai sanksi akan meningkatkan risiko yang cukup besar bagi bank-bank internasional dengan eksposur Rusia yang besar termasuk Citi di AS, Société Générale Prancis, Raiffeisen Austria, dan UniCredit Italia.
Bank-bank internasional memiliki sekitar US$ 121 miliar aset yang terutang oleh entitas yang berbasis di Rusia. Selain itu, ada US$ 128 miliar dalam bentuk pinjaman dan dana simpanan dari entitas Rusia ke bank asing, menurut Bank for International Settlements.
Risiko tambahan bagi bank-bank Eropa adalah bahwa konflik di Ukraina dapat memukul nilai mata uang rubel. Ini mengurangi valuasi yang dimiliki anak perusahaan mereka di Rusia.
Halaman 3>>