Fakta Soal Omicron Ini Melegakan, Tapi Tetap Taat Prokes Ya!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 January 2022 05:50
Suasana uji coba pembelajaran tatap muka hari pertama di SDN Cipinang Melayu 08 pagi,
Foto: Suasana uji coba pembelajaran tatap muka hari pertama di SDN Cipinang Melayu 08 pagi, Jakarta, Rabu (7/4/2021). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Akan tetapi, ada fakta-fakta yang agak melegakan. Meski varian omicron menyebabkan angka kasus harian dan hospitalisasi (perawatan di rumah sakit) meningkat, tetapi tidak dengan angka kematian.

Dalam sepekan terakhir, rata-rata kasus kematian harian adalah sekitar lima orang per hari. Relatif tidak berubah dibandingkan rerata minggu sebelumnya.

Mengutip laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) periode 3-9 Januari 2022, tercatat lebih dari 15 juta kasus positif corona. Melonjak 55% dibandingkan sepekan sebelumnya.

Benua Afrika mencatat prestasi dengan penurunan kasus 11%. Kontras dibandingkan kawasan Asia Selatan-Timur yang meroket 418%, Pasifik Barat melonjak 122%, Mediterania Timur melesat 86%, Benua Amerika melejit 78%, dan Benua Eropa bertambah 31%.

Meski kasus positif melonjak, tetapi tidak berbanding lurus dengan angka kematian. Secara global, angka kematian akibat virus corona bertambah 3% dari pekan sebelumnya.

coronaSumber: WHO

Laporan WHO juga menyebut semakin banyak bukti bahwa varian omicron tidak menyebabkan gejala separah varian lain, misalnya delta. Jumlah pasien yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit hanya 4,9% gara-gara varian omcron. Ketika varian delta menebar teror, 66,8% pasien positif harus dirawat di rumah sakit.

"Sebagai tambahan, pasien yang mengidap varian omicron 73% lebih rendah kemungkinannya untuk mengalami gejala berat dibandingkan varian delta," lanjut laporan WHO.

coronaSumber: WHO

Namun, WHO tetap memberikan wanti-wanti. Berbagai bukti itu masih temuan awal sehingga bisa saja belum lengkap dan tidak mewakili kejadian di lapangan.

"Ini adalah hasil awal, yang mungkin belum mewakili karakteristik varian omicron. Masih bisa berubah jika ditemukan bukti baru. Oleh karena itu, risiko varian omicron masih sangat tinggi," tegas WHO.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular