Ada Fenomena Ayam Goreng Mengecil di Pasaran, Ada Apa?

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
18 January 2022 15:25
Pasar CSuasana Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Ibu Kota berdampak pada aktivitas di pasar Jaya salah satunya, di kawasan Pasar Cijantung, Jakarta Timur. 16/6/20, CNBC Indonesia/Tri Susilo

Pantauan CNBC Indonesia dilapangan pada Selasa (16/6/20) mencoba menelusuri seluruh isi pasar, tampak sepi  pembeli.  Salah satu pasar di kawasan Jakarta Timur itu sangat berbeda dibanding hari-hari biasanya yang padat dan ramai. Kali ini tampak sepi. Bahkan kendaraan yang terparkir sangat minim.  

Salah satu pedagang pakaian anak mengatakan, kondisi pasar mulai sepi saat terjadi virus corona. “Ini sangat berimbas pada pendapatan kami. Repot kalau begini terus,”ujarnya.

Menurutnya,  setelah lewat pukul 11.00 WIB, siang hari, sudah sangat kurang orang yang berbelanja di pasar. Dagangan pun tentu aja banyak yang tak laku. Karena itu ia berharap wabah COVID-19  ini bisa cepat selesai.

Yanto, pedagang daging ayam juga merasakan demikian. “ Jam 10 masih numpuk dagangan ini. kami sangat khawatir pak kalau begini terus.,”ujarnya sambal geleng geleng kepala.

Pedagang sayur pun demikian. Munawar seorang  tukang sayur mengatakan, untuk mendapatkan sayur juga sulit. “Kita dapat juga sulit. Jualnya juga sudah sepi pembeli. Aturan jaga jarak dan tidak berpergian ke pasar sangat berdampak. “Jadi kalau enggak laku ya udah jadi risiko,” ungkapnya.  

Penjagaan juga diperketat oleh anggota TNI dan securty pasar untuk, setiap pengunjung yang ingin masuk ke pasar akan dicek suhu dan cuci tangan. 

Untuk kepasar basah (pasar ikan) dipastikan pengunjung memakai masker, peraturan tersebut sudah pasang sebelum masuk pasar basar.

Sebelumnya Seorang pedagang di Pasar Obor Cijantung dinyatakan positif Covid-19 usai jalani rapid test dan swab test Covid-19 pada Jumat (29/5/2020) lalu.

Informasi itu berdasarkan data dari Perumda Pasar Jaya pada Kamis (11/6/2020).

Adapun rapid test dan swab test di Pasar Obor Cijantung pada 29 Mei 2020 lalu diikuti 75 peserta yang terdiri dari pengunjung dan pedagang pasar.

Hasilnya, empat orang reaktif Covid-19 berdasarkan hasil rapid test. Kemudian, dari empat orang itu, seorang pedagang dinyatakan positif Covid-19.

 (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)ijantung (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Pasar Cijantung (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Situs resmi Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional mencatat, lewat tengah hari, harga rata-rata daging ayam ras segar pada Selasa (18/1/2022) naik 0,89% atau Rp350 jadi Rp39550 per kg. Pedagang warung pun kebingungan dengan masih tingginya harga daging ayam potong.

"Harga daging ayam memang ini masih tinggi dan berfluktuasi. Daging ayam potong sudah naik sekitar Rp5.000 per kg dalam sepekan terakhir, di Jabotabek. Yang fillet saja sekarang sudah Rp46.000 per kg dari sebelumnya Rp40.000-an. Kalau sudah begini kita bingung," kata Ketua Umum Warung Nusantara (Kowantara) Mukroni kepada CNBC Indonesia, Selasa (18/1/2022).

Dia mengaku, pedagang warung makan kesulitan jika harus menaikkan harga jual. Sebab, belum tentu pelanggan mengetahui fluktuasi harga-harga bahan pangan, termasuk daging ayam di pasar.

"Sementara ini kami menunggu perkembangan dulu. Ini juga pemerintah kelihatannya gagap dengan lonjakan-lonjakan harga pangan ini. Kalau dari awal ada informasi dari pemerintah soal gejolak-gejolak harga kan kami bisa bersiap menaikkan harga jualan. Tapi karena seperti ini, jadinya kita akali di ukuran saja," kata Mukroni.

Dia menuturkan, sebelum harga naik, dengan Rp35.000 - 39.000 per kg, pedagang warung bisa membeli seekor ayam ukuran 1,3 kg, kemudian dibagi 9 potong.

"Sekarang, dengan Rp39.000 untuk seekor ayam ukuran 1 kg saja, dan dibagi 9. Artinya ukurannya jadi mengecil. Itu yang bisa kita lakukan sementara ini karena kenaikan harga daging ini sudah berlebihan," kata Mukroni.

Menurut Mukroni, warung makan skala menengah dengan omzet Rp3 juta per hari mengkonsumsi 5 ekor ayam.

Peternak memanen telur ayam di peternakan kawasan Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat, Selasa (18/2/2020). Pemerintah resmi menaikkan harga acuan daging dan telur ayam ras untuk mengimbangi penyesuaian tingkat harga di pasar yakni harga telur ayam di tingkat peternak dinaikkan dari Rp18 ribu-Rp20 ribu per kg menjadi Rp19 ribu-Rp21 ribu per kg sedangkan daging ayam ras dinaikkan dari Rp18 ribu-Rp19 ribu per kg menjadi Rp19 ribu-Rp20 ribu per kg. Lukman 45 tahun Peternak  mengatakan kenaikan harga tersebut sebagai hal yang positif. Sebab, bila tidak hal itu tentu dirasakan merugikan. Pasalnya, saat ini nilai tukar dolar terhadap rupiah tengah menguat dan mempengaruhi berbagai hal, termasuk biaya transportasi. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)Foto: Peternak Ayam (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Peternak memanen telur ayam di peternakan kawasan Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat, Selasa (18/2/2020). Pemerintah resmi menaikkan harga acuan daging dan telur ayam ras untuk mengimbangi penyesuaian tingkat harga di pasar yakni harga telur ayam di tingkat peternak dinaikkan dari Rp18 ribu-Rp20 ribu per kg menjadi Rp19 ribu-Rp21 ribu per kg sedangkan daging ayam ras dinaikkan dari Rp18 ribu-Rp19 ribu per kg menjadi Rp19 ribu-Rp20 ribu per kg. Lukman 45 tahun Peternak mengatakan kenaikan harga tersebut sebagai hal yang positif. Sebab, bila tidak hal itu tentu dirasakan merugikan. Pasalnya, saat ini nilai tukar dolar terhadap rupiah tengah menguat dan mempengaruhi berbagai hal, termasuk biaya transportasi. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Gabungan Asosiasi Pengusaha Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Sugeng Wahyudi menambahkan, lonjakan harga ayam akibat kenaikan harga sarana produksi ternak (sapronak)

"Sejak tengah tahun 2021, harga sapronak itu sudah naik sekitar 20%. Jadi, inputnya memang sudah naik. Dan, untuk memproduksi 1 ekor ayam ukuran 1 kg itu, biayanya Rp20.000. Artinya, keluar dari kandang peternak, harga live bird itu minimal Rp21.000 per ekor per kg. Sehingga harga siap konsumsi (ayam potong)-nya itu Rp35-36 ribuan per kg," kaat Sugeng kepada CNBC Indonesia, Selasa (18/1/2021).

Bank Indonesia mencatat, inflasi Januari 2022 diprediksi mencapai 0,58% secara bulanan dan 2,20% secara tahunan.

"Secara bulanan, penyumbang utama inflasi Januari 2022 sampai dengan minggu-II itu bahan bakar rumah tangga sebesar 0,11%, daging ayam ras dan telur ayam ras masing-masing sebesar 0,08%, beras, cabai rawit dan tomat masing-masing sebesar 0,04%, minyak goreng dan sabun detergen bubuk/cair masing-masing sebesar 0,03%, bawang merah dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,02%, jeruk, bawang putih, dan mie kering instan masing-masing sebesar 0,01%," demikian keterangan tertulis Bank Indonesia di situs resminya, Jumat (14/1/2022).


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jeritan Peternak Saat Harga Anakan Ayam Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular