Harga-Harga di Pasar Banyak Naik, DPR Cecar Pemerintah

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
17 January 2022 14:25
Kantor Pos Tengerang mencatat ada sekitar 191.433 keluarga penerima manfaat (KPM) di Kota Tangerang yang telah menerima bantuan sosial (bansos) berupa beras.  (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Kantor Pos Tengerang mencatat ada sekitar 191.433 keluarga penerima manfaat (KPM) di Kota Tangerang yang telah menerima bantuan sosial (bansos) berupa beras. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mempertanyakan langkah pemerintah dalam menangani gejolak pangan di Tanah Air belakangan ini. Harga-harga sembako seperti minyak goreng, cabai, telur hingga gula sempat naik.

Apalagi, pemerintah justru membentuk holding BUMN pangan, ID Food. Untuk itu, Anggota Komisi IV DPR Johan Rosihan mengatakan, ID Food harus berperan melindungi seluruh rakyat Indonesia.

"Saya hanya minta jaminan, dengan adanya ID Food ini, bisa nggak fluktuasi harga dikendalikan? Tema kita rapat hari ini soal lonjakan harga dan ketersediaan pangan. Setiap kita rapat, selalu ini bilang stok saat ini sekian. Tapi, tidak pernah disandingkan kebutuhan berapa? Jadi kita bisa tahu kurangnya berapa dan dipenuhi dari mana," kata Johan saat RDP dengan Komisi IV DPR bersama BUMN klaster pangan di Jakarta, Senin (17/1/2022).

Johan mengatakan, pembentukan holding BUMN pangan menunjukkan pemerintah melakukan pendekatan bisnis untuk penanganan persoalan pangan di Tanah Air. Seharusnya, kata dia, pemerintah mematuhi amanat UU Pangan terlebih dahulu, dengan membentuk Badan Pangan Nasional, bukan holding pangan.

"Pemerintah terlalu banyak gimik dalam penanganan pangan ini. Karena itu saya sebut pendekatannya pendekatan bisnis. Seharusnya bentuk Badan Pangan Nasional dulu, karena amanat UU Pangan adalah semangat perlindungan kedaulatan, dan ketahanan pangan," ujar dia.

Karena itu, dia meminta ID Food bisa menjamin ketersediaan stok dan fluktuasi harga pangan.

"Sebagai BUMN, selain jaminan harga, saya minta jaminan juga kepada ID Food. Ada nggak kebanggaan nasional dengan menyerap produksi petani dan tidak akan impor lagi?," imbuh dia.

Dia menyoroti, sistem data pangan yang tidak memiliki angka-angka kebutuhan dan pemenuhan dalam negeri.

"Seperti kata Ketua tadi, bagaimana neraca pangannya? Jadinya setiap Hari Raya, setiap ada event nasional, harga naik. Seolah-olah nggak ada perencanaan. Setiap rapat stok sekian, tapi nggak pernah ada data kebutuhan nasional. Kita nggak tahu kekurangan berapa, tiba-tiba masuk impor. Jadi, saya minta jaminan dari holding ini apakah bisa menangani fluktuasi harga," kata Johan.

Ira Dijaya (41)melayani pembeli gorengan di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta, Jumat (7/1/2022). Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), secara nasional harga minyak goreng curah pada 29 Desember lalu hanya Rp.18.400/Kg. Pada 6 Januari 2022 atau kemarin, menyentuh Rp. 18.550/Kg, atau naik 0,81%. Kemudian minyak goreng kemasan bermerk 1 pada 30 Desember 2021 harganya Rp. 20.600/Kg. Sementara kemarin menjadi Rp. 20.800/Kg, naik 0,97%. Begitu juga minyak goreng kemasan bermerk 2. Di mana pada 30 Desember masih Rp. 20.030/Kg, kemarin menjadi Rp. 20.300/Kg atau meningkat 1,34%. Harga minyak goreng di pasar tradisional masih tinggi. Pedagang menginginkan harga segera normal kembali. Menurut Ira penjual gorengan Foto: Ilustrasi Gorengan (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Ira Dijaya (41)melayani pembeli gorengan di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta, Jumat (7/1/2022). Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), secara nasional harga minyak goreng curah pada 29 Desember lalu hanya Rp.18.400/Kg. Pada 6 Januari 2022 atau kemarin, menyentuh Rp. 18.550/Kg, atau naik 0,81%. Kemudian minyak goreng kemasan bermerk 1 pada 30 Desember 2021 harganya Rp. 20.600/Kg. Sementara kemarin menjadi Rp. 20.800/Kg, naik 0,97%. Begitu juga minyak goreng kemasan bermerk 2. Di mana pada 30 Desember masih Rp. 20.030/Kg, kemarin menjadi Rp. 20.300/Kg atau meningkat 1,34%. Harga minyak goreng di pasar tradisional masih tinggi. Pedagang menginginkan harga segera normal kembali. Menurut Ira penjual gorengan "minyak goreng 2 liter kemasan mencapai Rp.38-40 ribu itu kalo sedang ada promo di swalayan, tapi kalau tidak promo harga Rp. 40 ribu keatas. Untuk penjualan Ira tetap menjualnya 1 gorengan Rp.1.500 sedangkan untuk modal berjualan biasanya Rp. 600 ribu sekarang menjadi Rp.800 ribu.Harga ini tentu naik sangat tinggi dibandingkan sebelumnya dan cukup menyulitkan dirinya sebagai penjual makanan. "Kalau ukuran gorengan dikecilin, pasti protes. Padahal bukan hanya minyak goreng yang mahal," tutur Ira. Keluhan sama juga diungkapkan penjual gorengan keliling lain. Ferdi (29) mengaku "selalu membeli minyak kemasan untuk menjamin gorengan yang dijualnya enak. "Apalagi saya jualan di dekat perkantoran. Jadi enggak enak kalau pakai minyak goreng curah," tuturnya. Ferdi juga mengaku keberatan dengan harga yang serba mahal, baik minyak goreng maupun komoditas lain. Ia mengaku tidak bisa menaikkan harga makanan dan gorengan yang dijualnya. Untuk itu ia sangat berharap agar harga minyak goreng bisa segera turun atau digelar operasi pasar. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Pemerintah telah membentuk holding pangan BUMN dengan nama ID Food, harapannya dapat menjaga produktivitas hingga menjamin harga pembelian dari petani. Holding ini dipimpin Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) membawahi 8 BUMN pangan lainnya.

Direktur Utama RNI Arief Prasetyo Adi membeberkan cara menjaga stabilitas produksi, harga pangan, hingga kesejahteraan petani di hulu. Dia menjelaskan dari hasil penggabungan BUMN pangan ini membentuk ekosistem yang lebih efisien dari hulu hingga hilir.

"Mulai dari pasca-panen, pergudangan, distribusi. Jadi kita diminta efisien dengan ekosistem ini. sehingga nanti ada ketahanan pangan, kualitas produk yang lebih baik, dan sustainability untuk inklusivitas petani. Serta jadi perusahaan kelas dunia," jelasnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (12/1/2022).


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Resmi! RI Punya Holding BUMN Pangan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular