
PLN Akan Dibentuk Sub Holding, Tarif Listrik Bisa Turun?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mewacanakan akan membentuk holdingisasi di PT PLN (Persero). Ke depan, akan ada dua sub holding di tubuh PLN dan satu holding yang fokus mengurus transmisi listrik.
Lalu dengan adanya holding dan sub holding itu, apakah akan berefek pada turunnya tarif listrik? Karena sejatinya dengan adanya sub holding ini PLN akan lebih fokus mengurus tiap-tiap divisinya.
Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan, bahwa untuk PLN sendiri akan menjadi holding yang fokus mengurus transmisi listrik. Kemudian dua sub holding di bawahnya itu adalah sub holding ritel dan sub holding power atau pembangkit.
Untuk sub holding ritel, hanya akan fokus mengurusi pelayanan ritel seperti konsumen listrik. Ketika fokus konsumen listrik PLN akan dilayani secara baik. "Di sub holding ritel kita usulkan sejak awal implementasi yang namanya smart meter. Supaya kita melihat daripada ongkosnya akan lebih efisien," ungkap Erick
Kemudian, sub holding power atau pembangkit. Sub holding ini akan fokus pada pembangkit baik batu bara, energi terbarukan seperti solar, air geothermal dan lainnya.
"Jika ini terjadi, PLN Batubara kita lebur atau ditutup karena ada institusi baru yang melakukan ini secara terkonsolidasi. Dan kita tidak mau justru pengadaan batu bara menjadi birokrasi berkepanjangan, kenapa tidak langsung saja ke pembangkit," ungkap Erick.
Menteri Erick Thohir menyampaikan, melihat kondisi dan situasi PLN saat ini bahwa diperlukan pembenahan di tubuh PLN secara baik dan menyeluruh. Kinerja PLN akan terus menemui kendala tatkala tidak adanya perombakan struktural di PLN secara menyeluruh.
Erick mencatat, saat ini hutang PLN mencapai hingga Rp 500 triliun-an, disamping itu PLN harus terus menambah investasinya untuk pengembangan energi baru dan terbarukan seiring dengan komitmennya Indonesia untuk mencapai net zero emission atau netral karbon.
"Disamping hutang, investasi EBT PLN harus jalan, tentu harus ada restrukturisasi hutang dan efisiensi capex, sehingga hutang PLN bisa turun. Nah ini yang harus kita lakukan, karena itu kita kembali harus memperbaiki struktur total dari PLN," terang Erick, Rabu (12/1/2022).
Maka dari itu kata Erick, pihaknya sedang mempelajari untuk membuat holding dan sub holding tersebut.
Seperti yang diketahui, rencana pembentukan holding dan sub holding di tubuh PLN ini adalah buntut dari terjadinya krisis batu bara untuk pembangkit listrik milik PLN. Karena hal itu, anak usaha PLN yakni PLN Batubara akan dibubarkan karena diklaim tidak bisa mengamankan pasokan batu bara untuk PLTU.
Sebelumnya memang Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marinves), Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan bahwa ke depan pembelian batu bara PLN tidak bisa lagi melalui trader seperti halnya yang dilakukan oleh PLN Batubara itu. Sehingga, kondisi pasokan batubara PLN mengalami krisis seperti yanng terjadi saat ini.
"Enggak ada [lagi lewat PLN Batubara]. PLN Batubara kita minta dibubarin," tegas Luhut, seperti dikutip Selasa (11/1/2022).
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo angkat bicara, ia mengatakan bahwa, terkait wacana pembubaran PLN Batubara, sebagai perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Negara, PLN akan menjalankan keputusan Pemerintah selaku pemegang saham perseroan.
"Apapun keputusannya, concern kami yaitu menjaga pasokan batu bara terjamin dan listrik tersedia bagi masyarakat. Pemerintah tentunya memiliki kebijakan yang terbaik terkait pengelolaan batu bara," ungkap Darmawan.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Buka-bukaan Erick Thohir Soal 6 Subholding Usaha Pertamina