Heboh Menteri Arab-Iran-Turki 'Menghadap' China, Kenapa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri-menteri negara Arab yang tergabung dalam Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) kini berada di China sejak Senin (10/1/2022). Mereka terdiri dari menteri luar negeri Arab Saudi, Kuwait, Oman, Bahrain dan Sekjen GCC Nahef bin Falah al-Hajrah.
Kedatangan menteri dan pejabat Arab itu akan berlangsung hingga Jumat. Kerja sama perdagangan diyakini menjadi agenda utama terutama di tengah kekhawatiran "ketahanan energi" China.
Namun ternyata, tak hanya menteri GCC yang datang ke China. Menteri Turki dan Iran juga disebut datang ke Negeri Tirai Bambu, Rabu (12/1/2022) ini.
Keduanya bahkan mendapat undangan khusus Penasihat Negara dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi. Hal ini dikatakan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin, dikutip Global Times.
"Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian dijadwalkan mengunjungi China," katanya.
"Menlu Wang Yi akan bertemu dan bertukar pendapat dengan kedua menteri luar negeri."
Para ahli yang dikutip media corona Beijing itu mengatakan kunjungan intensif negara-negara Timur Tengah terkait dengan perubahan hubungan mereka dengan AS dan keadaan ekonomi mereka akibat pandemi Covid-19. Negara-negara kawasan mengambil inisiatif untuk membentuk kembali struktur regional dan mencari jalan yang paling menguntungkan bagi wilayah, termasuk dengan China.
"Selama kepresidenan Donald Trump, AS biasa mempermainkan negara-negara regional melawan Iran, untuk menjual senjata kepada mereka dan membuat mereka bergantung pada AS untuk perlindungan," kata Direktur Studi Asia Barat dan Afrika di Institut Shanghai untuk Studi Internasional, Li Weijian.
"Strategi ini membuat negara-negara Timur Tengah ini menyia-nyiakan sumber daya dan kehilangan peluang pembangunan, yang tidak hanya merusak kepentingan mereka tetapi juga merusak stabilitas regional," tambahnya.
"China telah mencapai kesepakatan bilateral dengan banyak negara Timur Tengah, dan sekarang waktunya tepat untuk mencapai kesepakatan di tingkat regional."
Dengan negara Arab, China diketahui membantu sejumlah proyek. Dengan Bahrain, China akan membantu mengembangkan jaringan 5G dan mendorong perusahaannya berinvestasi.
Sementara Arab Saudi adalah mitra dagang terbesar China dan sumber impor minyak mentah di Timur Tengah. China mendukung Visi 2030 yang diusung Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS), inisiatif Green Middle East dan Green Arab Saudi.
(sef/sef)