Tutup Total! Ribuan Warteg di DKI Masih Tiarap Gegara Pandemi

damiana cut emeria, CNBC Indonesia
11 January 2022 16:05
Ilustrasi warteg di Jakarta (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi warteg di Jakarta (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setidaknya ada 4.000 warung makan (warteg) skala menengah ke bawah yang tutup akibat efek domino pandemi Covid-19. Menurut Ketua Umum Warung Nusantara (Kowantara) Mukroni, pengusaha warteg yang tutup beralih profesi, menjadi supir atau buruh.

"Anggota kami ada di Jabotabek hingga Karawang. Ada sekitar 10 ribu, by name. Jadi, seorang itu bisa juga punya 2-3 warung. Karena pandemi ini, ada sekitar 40-50% yang masih belum balik jualan. Yang lainnya sudah mulai jualan tapi terkena hantaman harga saat ini," kata Mukroni kepada CNBC Indonesia, Selasa (11/1/2021).

Pengusaha warteg yang belum mampu kembali berjualan sebagian kembali ke kampung. Di sana, kata dia, mereka berusaha mencari penghasilan dengan berjualan.

"Pandemi selama 2 tahun itu menghantam omzet kita. Makanya, sampai saat ini, rata-rata omzet warteg kita masih berkisar di bawah Rp3 juta. Karena memang belum pulih betul. Mudah-mudahan dengan mulai bergerak ekonomi, teman-teman bisa kembali berjualan," kata dia.

Di tengah tekanan pandemi, imbuh dia, pengusaha warteg juga masih kesulitan mengakses permodalan. Padahal, kata Mukroni, dari hasil pertemuan dengan Presiden Joko Widodo sebelumnya, pelaku usaha kecil seperti warteg dijanjikan mendapat akses pembiayaan perbankan yang lebih mudah. Juga, permodalan KUR dengan mekanisme lebih mudah.

"Apalagi, selama pandemi, teman-teman ini banyak yang terbebani piutang. Ibaratnya sekarang gali lobang tutup lobang," kata Mukroni.

Ilustrasi warteg di Jakarta (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)Foto: Ilustrasi warteg di Jakarta (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi warteg di Jakarta (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Mukroni mengatakan, lonjakan harga sejumlah bahan pangan saat ini menambah tantangan bagi pengusaha warteg yang berusaha bangkit.

"Biasanya, masuk pertengahan Januari, harga-harga mulai turun setelah naik di Nataru. Tapi, ini minyak goreng masih tetap tinggi. Katanya karena isu global. Harga ayam juga mulai berfluktuasi, tadinya Rp30.000 per kg, sekarang Rp35.000 per kg. Tapi, untuk ayam kemungkinan tidak akan lama, tapi kami masih menunggu dari pemerintah soal minyak goreng ini. Tadi saya beli pouch seperempat kilogram itu masih Rp6.000. Berarti sekilo masih di atas Rp20 ribu," kata Mukroni.

Meski harga-harga naik, Mukroni mengatakan pedagang warteg tidak menaikkan harga.

"Modal belanja sehari itu jadi naik sekitar Rp20 ribuan dari sebelumnya Rp750.000 untuk kebutuhan sayuran, daging, dan minyak goreng sehari. Pokoknya untuk kebutuhan berjualan, tidak termasuk beras. Sehari kita menggunakan minyak goreng 2-4 liter. Warung nggak menaikkan harga, tapi porsi dikurangi. Gorengan tadinya sebesar telapak tangan, dikecilkan," tutur dia.

Mukroni berharap harga minyak goreng segera turun dan stabil.

"Kami juga meminta pemerintah segera mengantisipasi. Jangan sampai masalah kenaikan harga gas 12 kg berdampak pada langkanya gas ukuran 3 kg," kata Mukroni.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Migor Cs 'Terbang', Warteg Mati-Matian Tahan Harga!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular