ATURAN DMO

Dunia "Kecanduan" Batu Bara RI, Tepatkah Ekspor Dilarang?

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
11 January 2022 08:50
Bongkar Muat Batu Bara
Foto: Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

China, selama ini menjadi produsen utama batu bara, dengan kontribusi sekitar 50% batu bara yang ditambang di seluruh dunia per 2020, jika mengacu pada data International Energy Agency (IEA). Namun tak semuanya merupakan batu bara thermal.

Di dunia modern, produk batu bara terbagi menjadi dua produk utama yakni termal dan kokas (coking coal). Batu bara termal dibakar untuk memutar turbin pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), sedangkan kokas dipakai sebagai bahan baku di industri alat berat (metalurgi).

Sampai sekarang, China termasuk importir batu bara termal dunia. Meski menyumbang lebih dari separuh total produksi batu bara dunia, mereka masih mengimpor batu bara dengan besaran mencapai 304 juta metrik ton pada tahun 2020, menurut Fitch Ratings.

Dari angka tersebut, batu bara termal untuk pembangkit listrik dan pemanas ruangan (heater) menyumbang sepertiga atau sekitar 100 juta metrik ton. Secara total, konsumsi batu bara thermal untuk listrik di China per 2020 mencapai 2,43 miliar metrik ton, atau naik 9% selama pandemi.

Konsumsi batu bara termal di China tersebut setara dengan 61% dari total konsumsi batu bara (termasuk batu bara metalurgi atau kokas) yang jumlahnya mencapai 3,97 miliar ton. Dominasi batu bara termal ini diproyeksi belum akan berakhir dan justru melonjak pada tahun depan.

batu bara chinaSumber: IEA

Lonjakan konsumsi batu bara termal di konsumen utama dunia ini terjadi sekalipun China mendiversifikasi bauran energi dengan mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), PLTB (bayu), PLTS (surya), dan nuklir jauh lebih agresif dibandingkan negara lain.

Kenaikan tersebut bahkan diprediksi berlanjut setidaknya hingga 2024, sementara penggunaan batu bara jenis lainnya cenderung fluktuatif. China menjadi pemimpin negara emerging market dalam mendorong permintaan batu bara termal, sementara permintaan di negara maju menurun.

Bersama dengan India, Negeri Tirai Bambu menyumbang dua pertiga konsumsi batu bara dunia, sekalipun mereka berupaya menaikkan energi terbarukan dan sumber energi minim karbon. IEA memperkirakan permintaan batu bara global mencapai delapan Giga Ton (8 miliar ton) pada 2022.

Untuk mengimbangi itu, produksi batu bara dunia juga diprediksi menyentuh level tertinggi pada 2022 dan kemudian melandai membentuk dataran tinggi, karena permintaan yang kian surut. Dengan kata lain, batu bara masih akan menjadi energi utama dunia di tengah tren energi hijau.

"Upaya mencapai emisi nol-bersih oleh banyak negara, termasuk China dan India, seharusnya memiliki implikasi kuat bagi batu bara--tapi belum terlihat di proyeksi jangka pendek kami, merefleksikan gap antara ambisi dan aksi," tulis IEA dalam laporannya.

Asia saat ini mendominasi pasar batu bara global, dengan China menyumbang lebih dari separuh permintaan global, dan dua per tiga jika India termasuk di dalamnya. Negara dengan total populasi 3 miliar jiwa ini memegang kunci penting permintaan batu bara di masa depan.

(ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular