Internasional

Bahaya Mr Biden! 'Resesi Seks' AS Makin Parah, Ini Buktinya

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Kamis, 06/01/2022 15:05 WIB
Foto: Warga Amerika Serikat berjalan-jalan di Pantai Huntington, California, meski sedang terjadi wabah virus corona. AP/Marcio Jose Sanchez

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena 'resesi seks' semakin membuat khawatir Amerika Serikat (AS). Penelitian terbaru Institute for Family Studies (IFS) mengatakan jumlah anak muda AS yang tidak berhubungan seks meningkat lebih dari dua kali lipat dari 8% menjadi 21%.

Mereka juga mencatat jika kaum perempuan menjadi kelompok yang paling enggan melakukan hubungan seksual. Ini juga termasuk kelompok taat agama.


"Lebih banyak perempuan dari sebelumnya antara 18 dan 35 dilaporkan tidak berhubungan seks dalam satu tahun terakhir, dan 'ketidakbersamaan' telah meningkat terutama di antara mereka yang taat beragama," menurut penelitian tersebut, dikutip dari Daily Mail.

Para ilmuwan menyebut ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini seperti faktor ekonomi dan psikologis. Selain itu, ada juga faktor lain yang cukup signifikan yang mempengaruhi perilaku ini yakni kekhawatiran moral, utamanya dalam melakukan seks pra-nikah.

"Sebagian besar peningkatan ketidakberdayaan didorong oleh orang-orang yang memiliki kekhawatiran moral tentang seks pranikah," tulis penelitian itu.

Penurunan ini sendiri sebenarnya telah terjadi selama lebih dari satu dekade. Tetapi hal ini semakin diperparah dengan pandemi virus corona dan penguncian (lockdown) yang muncul setelahnya.

"Sejak 2010, telah terjadi peningkatan tajam dalam jumlah pria dan wanita berusia 18 hingga 35 tahun yang melaporkan tidak berhubungan seks pada tahun sebelumnya," kata rekan peneliti IFS Lyman Stone melaporkan dalam temuan tersebut.

Sementara, mengutip analisis politik ekonomi di CNBC International Jake Novak di 2019, resesi seks menurutnya bisa menjadi ancaman besar bagi PDB negara itu. Hal ini bisa menyebabkan menurunnya populasi dan bahkan perlambatan ekonomi.

Dalam analisisnya, Jake mengatakan 'resesi seks' dan menurunnya pernikahan mengindikasikan bahwa kaum muda juga akan menunda aspek-aspek kedewasaan. Seperti membeli rumah atau mobil, yang mana akan menyumbang perlambatan.

"Ini menjadi hal serius yang menyebar ke sejumlah sektor bisnis mulai dari real estate, pakaian hingga kontrasepsi dan berujung pada menurunnya PDB," tulisnya. "Resesi seks merupakan ancaman terbesar dari semua ancaman yang ada."

Turunnya gairah seksual dan perkawinan di AS menurut analisisnya, juga terjadi karena teknologi. Peluang baru yang diberikan oleh teknologi yang memicu orang dewasa muda lebih senang menyendiri ketimbang berhubungan dengan manusia lainnya secara langsung.

"Semuanya, mulai dari pornografi online hingga video game canggih, hingga media sosial digunakan oleh banyak remaja sebagai pengganti kontak dengan manusia nyata, terutama untuk pria," tulis Jake dalam penelitiannya.


(tfa/tfa)
Saksikan video di bawah ini:

Detik-detik Peringatan 80 Tahun Tragedi Bom Atom Hiroshima Jepang