
Indonesia vs Thailand: Main Bola dan Ekonomi, Siapa Menang?

Mengapa Thailand bisa mempertahankan takhta sebagai raja manufaktur ASEAN?
Pertama, pemerintah Thailand (siapapun yang memimpin) punya perhatian terhadap pengembangan infrastruktur. Melalui pembangunan infrastruktur, ekonomi Thailand menjadi efisien, tidak ada ekonomi biaya tinggi karena masalah distribusi.
Thailand juga mengembangkan kawasan industri yang dekat dengan fasilitas transportasi. Pabrik, gudang, sampai pelabuhan dibangun dalam lokasi yang berdekatan.
Akibatnya, industri manufaktur berkembang pesat. Kontribusi sektor industri terhadap pembentukan PDB di Thailand mencapai 25,24% pada 2020. Pada periode yang sama, sektor manufaktur menyumbang 19,88% dalam pembentukan PDB Indonesia.
Kedua, upah pekerja di Thaland tergolong murah di antara negara-negara ASEAN. Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, menyebut upah buruh Thailand lebih murah ketimbang Indonesia.
"Dengan upah Rp 4,4 juta atau sekitar US$ 308 per bulan, upah di Jakarta dan Karawang adalah yang tertinggi di ASEAN, lebih tinggi dibandingkan Vietnam (US$ 181) dan Thailand (US$ 214) meski produkitivitas lebih rendah," sebut Satria dalam risetnya.
![]() |
Ketiga, lokasi geografis Thailand juga sangat menguntungkan. Selain menjadi pintu gerbang ke pasar Asia Tenggara, Thailand juga mengoptimalkan infrastruktur menuju China dan India, negara dengan populasi terbesar di dunia. Oleh karena itu, tidak heran Thailand menjadi pilihan investor sebagai lokasi penanaman modal.
Ke depan, masa depan industri manufaktur Thailand sepertinya masih cerah. Industri otomotif tetap akan tumbuh, didorong oleh tambahan permintaan kendaraan bertenaga listrik (Electric Vehicle/EV).
Pada 2015, terdapat 76 perusahaan yang terkait EV di Thailand dan pada 2019 jumlahnya naik menjadi 420. Pada 2030, pemerintah Thailand menargetkan produksi EV mencapai 30% dari total produksi kendaraan bermotor.
Pemerintah Thailand jor-joran memberi insentif untuk pengembangan produksi EV. Misalnya, pada 2020 pemerintah memberikan diskon bea masuk 90% untuk bahan baku yang tidak bisa didapatkan di dalam negeri.
So, memang berat bersaing dengan Thailand. Tidak cuma perkara bal-balan, susah juga menggulingkan Thailand sebagai raja manufaktur ASEAN.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)