2021 in Review

Gedebug! RI Ketiban 'Durian Runtuh', Duit Langsung Bertebaran

Redaksi, CNBC Indonesia
28 December 2021 11:40
Infografis/ Deretan ‘Harta Karun’ RI Bikin Kaya raya, Ada Peringkat 1 Dunia/Aristya Rahadian
Foto: Infografis/ Deretan ‘Harta Karun’ RI Bikin Kaya raya, Ada Peringkat 1 Dunia/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia menjadi satu dari sekian negara yang beruntung ketika dihantam pandemi covid-19. Bayangkan, hampir semua negara alami kesulitan keuangan dalam dua tahun terakhir, Indonesia justru mampu mengukir banyak rekor.

Rekor ini didapatkan dari dua faktor. Pertama ada unsur kerja keras pemerintah. Faktor kedua sepertinya lebih besar, yaitu komoditas internasional yang harganya melonjak drastis sampai Indonesia bahagia layaknya ketiban 'durian runtuh'.

Catatan Tim Riset CNBC Indonesia, menunjukkan batu bara jadi juara komoditas tahun ini dengan kenaikan 110,28%. Permintaan batu bara menanjak sepanjang 2021 paska perbaikan ekonomi global. Organisasi Energi Internasional (IEA) memperkirakan permintaan batu bara naik 6%. Sementara itu, produksi batu bara masih belum mumpuni. Produksi batu bara global tercatat 7.889 ton dan masih berada di bawah level sebelum pandemi.

Urutan kedua ditempati oleh timah dengan penguatan 94,2% sepanjang tahun. Permintaan timah meningkat dari sektor elektronik konsumen seperti smartphone, laptop, dan tablet. Di sisi lain, produksi timah masih terbatas. Produksi PT Timah Tbk, salah satu perusahaan timah terbesar dunia, pada periode Januari-September 2021 turun 48% dibandingkan periode yang sama tahun 2020.

Energi fosil gas alam dan minyak mentah masing-masing berada di posisi 3 dan 4. Gas alam menguat 55,45% sepanjang tahun 2021. Sementara minyak menguat 50,89% untuk jenis WTI dan 47,40% untuk jenis brent. Ini karena permintaan energi setelah pembukaan pembatasan yang ketat oleh banyak negara.

Kemenkeu.Foto: Kemenkeu.
Kemenkeu.

Harga minyak sawit mampu tumbuh 29,14% sepanjang tahun terdorong masalah produksi di Malaysia, produsen utama dunia. Mengacu data SGS, produksi Malaysia turun 34,15% point-to-point (ptp) sejak awal tahun.

Pasar tembaga global yang mengalami defisit 42.000 ton tahun ini, mendorong harga melonjak 23,8% selama tahun 2021. Senasib dengan tembaga, pasar nikel global juga mengalami defisit 133,1 ribu ton pada sepuluh bulan pertama 2021 dan diperkirakan akan bertahan hingga akhir 2021. Kondisi ini jadi tumpuan harga nikel untuk melompat 21,6% pada tahun 2021.

Gerak harga karet berfluktuasi sepanjang tahun 2021 dan terpantau menguat tipis jelang akhir tahun. Kebangkitan stimulus China dan stimulus jumbo Jepang jadi penopang kenaikan harga karet. Namun, kelangkaan chip semikonduktor jadi penekan harga karet.

Duo logam mulia emas dan perak malah ambles saat kawan-kawannya meraup cuan tahun 2021. Keduanya terpuruk karena pemulihan ekonomi dunia membuat minat investor terhadap aset safe haven berkurang. Selain itu tapering dan rencana kenaikan suku bunga AS jadi 'hantu' logam lindung nilai tersebut sepanjang 2021.


Halaman Selanjutnya >> Ekspor Cetak Rekor, Tertinggi Sepanjang Sejarah

Lonjakan harga komoditas memang tak disia-siakan pemerintah maupun kalangan dunia usaha. Ekspor Indonesia melonjak drastis pada tahun ini. Bahkan berhasil mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, nilai ekspor Indonesia November 2021 mencapai US$ 22,84 miliar. Naik 3,69% dibandingkan Oktober 2021 (month-to-month/mtm) dan 49,7% dari November 2020 (year-on-year/yoy).

Kenaikan harga komoditas masih menjadi penopang kinerja ekspor Indonesia. Harga dua komoditas andalan ekspor nasional, batu bara dan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO), masih bertahan di level tinggi.

Kemudian, BPS juga mengumumkan data impor. Pada November 2021, nilai impor Indonesia adalah US$ 19,33 miliar. Tumbuh 18,62% dibandingkan bulan sebelumnya dan 52,62% dari periode yang sama tahun lalu.

Nilai impor ini juga menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah. Rekor sebelumnya tercipta pada Juli 2018 yaitu US$ 18,29 miliar.

Kenaikan terjadi seiring tumbuhnya permintaan domestik. Selepas pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), denyut aktivitas dan mobilitas masyarakat kembali kencang sehingga permintaan tumbuh.

Pada November 2021, neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus US$ 3,51 miliar. Dengan demikian, surplus neraca perdagangan sepanjang Januari-November 2021 menjadi US$ 34,32 miliar. Diukur dari Januari-November, ini adalah yang tertinggi sejak 2007.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat surplus pada kuartal III-2021. Transaksi berjalan alias current account juga tidak lagi defisit. Tidak ada lagi istilah current account deficit, setidaknya untuk saat ini.

Pada kuartal III-2021, Bank Indonesia (BI) melaporkan NPI membukukan surplus sebesar US$ 10,7 miliar. Jauh membaik ketimbang kuartal sebelumnya yang defisit US$ 0,4 miliar.

"Kinerja NPI tersebut ditopang oleh transaksi berjalan yang mencatat surplus, berbalik dari triwulan sebelumnya yang tercatat defisit, serta surplus transaksi modal dan finansial yang makin meningkat," tulis BI dalam laporannya.

Transaksi berjalan pada kuartal III-2021 mencatat surplus US$ 4,5 miliar atau 1,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Juga membaik ketimbang kuartal sebelumnya yang minus US$ 2 miliar (0,7% PDB).

Kinerja transaksi berjalan terutama dikontribusikan oleh surplus neraca barang yang makin meningkat, didukung oleh kenaikan ekspor non-migas sejalan dengan masih kuatnya permintaan dari negara mitra dagang dan berlanjutnya kenaikan harga komoditas ekspor utama di pasar internasional.

Selain itu, defisit neraca jasa tercatat lebih rendah, antara lain disebabkan oleh perbaikan kinerja jasa transportasi yang didukung oleh meningkatnya penerimaan jasa freight sejalan dengan peningkatan aktivitas ekspor. Di sisi lain, defisit neraca pendapatan primer meningkat akibat kenaikan pembayaran imbal hasil investasi langsung yang dipengaruhi oleh perbaikan kinerja korporasi berbasis sumber daya alam (SDA).

Sementara transaksi modal dan finansial pada kuartal III-2021 mencatat surplus yang makin meningkat, terutama bersumber dari investasi langsung. Pada kuartal III-2021, transaksi modal dan finansial mencatat surplus sebesar US$ 6,1 miliar (2% PDB), lebih tinggi dari capaian surplus pada kuartal sebelumnya sebesar US$ 1,6 miliar (0,6% PDB).

Surplus tersebut bersumber dari aliran masuk neto (net inflows) investasi langsung yang tetap terjaga sebesar US$ 3,3 miliar. Investasi lainnya juga mengalami surplus, setelah mengalami defisit pada triwulan sebelumnya, yang dipengaruhi oleh penurunan pembayaran neto pinjaman luar negeri, peningkatan penempatan simpanan nonresiden di dalam negeri, serta tambahan alokasi Special Drawing Rights (SDR).

Selain itu, investasi portofolio selama triwulan III 2021 juga mencatat net inflows yaitu sebesar 1,1 miliar dolar AS, meskipun menurun dari triwulan sebelumnya yang sebesar 4,0 miliar dolar AS, sejalan dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih berlangsung.

Penerimaan negara berhasil menembus target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Bea Cukai sudah lebih dulu, namun kemarin penerimaan pajak yang mencapai target seperti 13 tahun silam.

Data Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan per 26 Desember 2021, jumlah neto penerimaan pajak sebesar Rp 1.231,87 triliun. Jumlah tersebut sama dengan 100,19% dari target yang diamanatkan dalam APBN Tahun Anggaran 2021 sebesar Rp 1.229,6 triliun.

"Hari ini adalah hari yang bersejarah. Di tengah pandemi Covid-19, di saat pemulihan ekonomi masih berlangsung, anda mampu mencapai target 100% bahkan sebelum tutup tahun. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas kerja anda semua yang luar biasa. Terima kasih terhadap apa yang kita capai hari ini. Ini adalah bekal kita untuk pelaksanaan tugas-tugas kita di masa mendatang," kata Sri Mulyani.

Masih ada beberapa hari tersisa jelang penutupan akhir tahun. Artinya masih ada waktu bagi penerimaan pajak mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Konferensi Pers APBN KITA Edisi 21 Desember 2021. (Tangkapan layar toutube Kemenkeu)Foto: Konferensi Pers APBN KITA Edisi 21 Desember 2021. (Tangkapan layar toutube Kemenkeu)
Konferensi Pers APBN KITA Edisi 21 Desember 2021. (Tangkapan layar toutube Kemenkeu)

Hingga akhir November penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tumbuh 25,4% menjadi Rp 382,5 triliun atau 128,3% dari target APBN. Kenaikan ditopang oleh pendapatan SDA migas 24,7% dan non migas 86,9% di mana masing-masing sudah berada di atas target

Konferensi Pers APBN KITA Edisi 21 Desember 2021. (Tangkapan layar toutube Kemenkeu)Foto: Konferensi Pers APBN KITA Edisi 21 Desember 2021. (Tangkapan layar toutube Kemenkeu)
Konferensi Pers APBN KITA Edisi 21 Desember 2021. (Tangkapan layar toutube Kemenkeu)

Sementara itu untuk kepabeanan cukai mencapai Rp 232,3 triliun atau tumbuh 26,6% yoy. Realisasi ini bahkan sudah dulu melebihi target, yakni 108%.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular