Mungkinkah RI Ketiban 'Durian Runtuh' Lagi di 2022?

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
11 November 2021 11:35
Infografis/ Deretan ‘Harta Karun’ RI Bikin Kaya raya, Ada Peringkat 1 Dunia/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakan harga komoditas jadi berkah layaknya durian runtuh bagi pemerintah Indonesia pada tahun ini. Buktinya meskipun ekonomi melambat, penerimaan negara masih mampu tumbuh tinggi.

Dalam realisasi APBN Oktober 2021, total penerimaan negara adalah Rp 1.354,8 triliun atau tumbuh 16,8%. Penerimaan alami peningkatan dengan realisasi pajak tumbuh 13,2% menjadi Rp 850,1 triliun (69,1%), bea cukai tumbuh 29% menjadi Rp 182,9 triliun (85,1%) dan PNBP tumbuh 22,5% menjadi Rp 320,8 triliun (107,6%).

Besarnya penerimaan negara tidak terlepas lonjakan harga komoditas. Ini mempengaruhi penerimaan pajak, bea keluar hingga PNBP. Pajak misalnya, pada Januari-September 2021 melonjak 38,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Jauh membaik ketimbang sembilan pertama 2020 yang ambles 42,7% yoy.

doc kemenkeuFoto: doc kemenkeu
doc kemenkeu

Sementara pada kuartal III-2021, penerimaan pajak dari sektor pertambangan melesat 317,6% yoy. Jauh membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yang terkontraksi (tumbuh negatif) 18% yoy.

doc kemenkeuFoto: doc kemenkeu
doc kemenkeu

Bea keluar (BK) di mana realisasinya mencapai Rp 22,56 triliun atau tumbuh 910,6% yang merupakan terbaik sepanjang sejarah Indonesia. Besar ini dipengaruhi oleh komoditas ekspor minyak kelapa sawit, batu bara dan lainnya.

doc kemenkeuFoto: doc kemenkeu
doc kemenkeu

Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto memperkirakan tahun depan harga komoditas akan kembali turun. Seiring dengan pemulihan yang terjadi hampir di semua negara.

"Harga komoditas seperti kelapa sawit, minyak bumi, dan batu bara akan berangsur menurun," ujarnya kepada CNBC Indonesia.

Pasokan minyak dunia diperkirakan akan berlimpah seiring kebijakn negara maju. Produksi kelapa sawit juga akan kembali normal. Sementara batu bara akan terhadang isu lingkungan yang saat ini tengah digemborkan.

"Tren ini sudah bisa kita lihat pada kondisi harga minyak dan batu bara saat ini yang berangsur sangat terbatas pengutannya. Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi global tahun depan di kisaran 4-5%, maka harga minyak bumi akan berada ke level US$ 60-80 per barel, sementara harga cpo dapat kembali kisaran 2500-3500 ringgit per ton. Sementara harga batu bara kemungkinan kembali stabil di bawah 150 dolar per ton," paparnya.

APBN tentunya tidak bisa berharap dari komoditas. Bila tidak ada antisipasi, maka penurunan harga tersebut bisa mendorong defisit anggaran ke 5% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

"Penerimaan negara akan terdorong oleh berbagai kebijakan perpajakan terbaru pemerintah. Sementara, PNBP masih akan tinggi sesuai tren perbaikan aktivitas ekspor impor maupun harga komoditas yang masih cukup tinggi," jelas Myrdal.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular