Internasional

Jangan Lengah, Ini Sederet Hasil Penelitian Soal Omicron

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
20 December 2021 16:35
Infografis/Varian Delta  Disebut ‘Beranak’ hingga 24 Jenis, Menkes tak mau kebobolan/Aristya Rahadian
Foto: Ilustrasi virus corona (Aristya Rahadian/CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hasil penelitian mengenai varian baru Covid-19, omicron, terus menerus dilakukan. Dalam proses penelitian ini, para ilmuwan menemukan beberapa hasil yang menunjukkan omicron bukanlah varian yang harus diremehkan.

Dalam penelitian Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, para peneliti menyimpulkan kasus baru omicron dapat meningkat dua kali lipat selama 1,5 hingga tiga hari ke depan. Badan PBB itu juga menyebut Omicron telah menyebar dengan cepat di negara-negara dengan tingkat kekebalan populasi yang tinggi dan mulai membuat fasilitas kesehatan kelelahan.

"Rawat inap di Inggris dan Afrika Selatan terus meningkat dan mengingat jumlah kasus yang meningkat pesat, ada kemungkinan banyak sistem perawatan kesehatan menjadi cepat kewalahan," ujar WHO.

Sementara itu di Amerika Serikat (AS), ahli virologi dan penasihat pandemi Gedung Putih Anthony Fauci memperingatkan dunia akan memasuki "musim dingin yang suram". Ini akibat omicron memicu gelombang infeksi baru secara global hingga menekan kapasitas rumah sakit.

"Satu hal yang sangat jelas... adalah kemampuan penyebaran (Omicron) yang luar biasa," kata Fauci kepada NBC News. "Itu... mengamuk ke seluruh dunia."

Tak hanya dari WHO dan AS, sebuah penelitian di Inggris juga mengungkapkan sejauh ini belum ada bukti omicron tidak lebih berbahaya dari Delta. Penelitian yang dilakukan Imperial College London itu memperoleh kesimpulan ini dari data Badan Keamanan Kesehatan Inggris yang memuat semua kasus Covid-19 yang dikonfirmasi melalui tes usap PCR antara 29 November dan 11 Desember.

"Studi ini tidak menemukan bukti omicron memiliki tingkat keparahan yang lebih rendah daripada Delta, dinilai dari proporsi orang yang dites positif yang melaporkan gejala, atau dengan proporsi kasus yang mencari perawatan di rumah sakit setelah infeksi," ujar tim yang dipimpin profesor Neil Ferguson itu dalam rilisnya, dikutip Senin (20/12/2021).

Ferguson juga menambahkan bahwa Omicron merupakan sebuah ancaman yang sangat besar bagi kesehatan masyarakat. Ia berargumen dua dosis vaksin hanya memberikan perlindungan antara 0% dan 20% untuk varian ini. Sementara itu, suntikan booster meningkatkan level itu menjadi antara 55% dan 80%.

"Studi ini memberikan bukti lebih lanjut tentang sejauh mana omicron dapat menghindari kekebalan sebelumnya yang diberikan oleh infeksi atau vaksinasi," katanya.

Varian Omicron sendiri telah dimasukkan sebagai "variant of concern" atau varian yang sedang dalam perhatian khusus oleh WHO. Badan PBB itu menyebut masih akan melakukan pendalaman terkait virus yang membawa 32 mutasi pada protein lonjakannya itu.

Jumlah mutasi tersebut membawa ketakutan bahwa virus itu dapat menjadi lebih berbahaya dibandingkan varian lainnya. Bahkan, satu kasus kematian telah ditemukan di Inggris. 


(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WHO: Subvarian Omicron BA.2 Lebih Menular

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular