Tolong Pak Jokowi! Harga Cabe-cabean Mahal Sekali...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 December 2021 11:24
Pengarahan Presiden RI Kepada Kepala Kesatuan Wilayah Tahun 2021, Kab Badung, 3 Desember 2021. (Dok: Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Pengarahan Presiden RI Kepada Kepala Kesatuan Wilayah Tahun 2021, Kab Badung, 3 Desember 2021. (Dok: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Tekanan inflasi adalah fenomena global, tidak hanya di Indonesia. Bahkan masalah ini sudah terjadi lebih dulu di negara-negara lain, termasuk di negara maju.

Misalnya di Amerika Serikat (AS). Pada Oktober 2021, inflasi di Negeri Stars and Stripes mencapai 6,2% yoy. Ini adalah rekor tertinggi sejak 1990.

Sementara di Inggris, inflasi Oktober 2021 tercatat 4,2% yoy. Ini menjadi yang tertinggi sejak 2011.

Setelah pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) mereda, pemerintah di berbagai negara mulai membuka 'keran' aktivitas dan mobilitas warga. Hidup yang sudah lebih normal ini tentu berujung ke peningkatan permintaan.

Sayangnya dunia usaha belum siap menghadapi lonjakan permintaan ini. Produksi belum bisa digenjot kencang. Permintaan tinggi dan produksi yang masih terbatas ini menyebabkan tekanan inflasi.

Belum lagi pemerintah di sejumlah negara akan mulai melakukan pengetatan fiskal. Defisit anggaran yang 'jebol' gara-gara kebutuhan mendesak penanganan pandemi harus dikembalikan lagi ke posisi normal. Disiplin dan konsolidasi fiskal sepertinya akan menjadi tema besar mulai tahun depan.

Saat anggaran negara tidak ekspansif lagi, maka peredaran uang di perekonomian akan berkurang. Saat jumlah uang beredar berkurang, lagi-lagi dampaknya adalah inflasi.

"Semua negara juga mengkhawatirkan. Nanti kalau defisit dikembalikan ke normal, nanti inflasi. Pandemi ini dampaknya betul-betul ke mana-mana," ungkap Jokowi.

Halaman Selanjutnya --> Soal Inflasi, Sri Mulyani Bilang Begini

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular