Jurus RI Biar Batu Bara Gak Musnah Total

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
18 November 2021 18:21
Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Masa depan batu bara semakin tenggelam seiring dengan masifnya upaya transisi energi yang dilakukan berbagai negara di dunia. Namun demikian, pemerintah RI tidak tinggal diam, berbagai upaya dilakukan agar batu bara ini tetap bisa dimanfaatkan di masa transisi.

Terlebih, batu bara kini masih menjadi komoditas andalan negeri ini. Besaran cadangan batu bara Indonesia. Data BP Statistical Review 2021 menyebut RI merupakan pemilik cadangan batu bara terbesar ketujuh di dunia mencapai 34,87 miliar ton, statusnya ini berlaku hingga akhir 2020.

Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM, status per Juli 2020, jumlah sumber daya batu bara RI mencapai 148,7 miliar ton dan cadangan 39,56 miliar ton.

Pemerintah mengungkapkan sejumlah strategi dipersiapkan agar batu bara masih bisa tetap dimanfaatkan ke depannya, namun tetap dengan memerhatikan isu emisi karbon.

Beberapa strategi tersebut antara lain mulai dari pemanfaatan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS), hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME), hingga co-firing atau pencampuran energi baru terbarukan seperti biomassa di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Hal tersebut diungkapkan Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Tata Kelola Mineral dan Batu Bara (Minerba) Irwandy Arif.

"Batu bara masih merupakan sumber energi yang ekonomis jika dibandingkan dengan energi terbarukan saat ini di Indonesia," ungkapnya dalam 'Indonesia Energy and Coal Business Summit', Kamis (18/11/2021).

"Strategi yang sedang dilakukan oleh pemerintah agar pemanfaatannya lebih optimal dan ramah lingkungan antara lain mendorong hilirisasi batu bara dengan teknologi bersih, menerapkan cofiring biomassa-batu bara di PLTU, dan bekerja sama dengan negara-negara ASEAN untuk pengembangan teknologi batu bara bersih seperti cofiring, CCS/CCUS," paparnya.

Irwandy mengatakan, Undang-Undang No. 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement menyebut bahwa Indonesia berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca 29% dengan upaya sendiri dan 41% bila ada bantuan internasional pada 2030.

"Dari target ini, sektor energi diharapkan bisa kontribusi turunkan emisi 314-398 juta ton CO2 melalui pengembangan energi terbarukan, pelaksanaan efisiensi energi, dan konservasi energi, serta melakukan penerapan energi bersih," tuturnya.

Menurutnya, komitmen ini sudah disampaikan oleh Presiden Joko Widodo bahwa Indonesia berkomitmen mewujudkan teknologi hijau bersih bagi industri sebagai sarana mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

"Hal ini dipertegas dalam COP26 bahwa Indonesia akan dapat berkontribusi lebih cepat pada net zero emisi, tentunya kalau baca serta detail, ada kondisional ada persyaratan," lanjutnya.

Komitmen Indonesia di sektor energi dalam menurunkan emisi gas rumah kaca dilakukan dengan beberapa strategi, di antaranya meningkatkan pemanfaatan EBT, pengurangan energi fosil melalui pajak dan perdagangan karbon (carbon tax and trading).

"Cofiring PLTU dengan EBT, retirement PLTU, kendaraan listrik, dan pemanfaatan listrik pada rumah tangga, dan pemanfaatan CCS," ucapnya.

Untuk hilirisasi batu bara, dia mengakui saat ini belum mencapai tahap komersial, khususnya gasifikasi batu bara, termasuk underground gasification, pencairan batu bara atau coal liquefaction, coal slurry atau coal water mixture.

"Investasi besar dan dukungan pada lingkungan, penurunan emisi masih jadi tantangan. Saat ini ada dua proyek gasifikasi di Indonesia sudah masuk PSNĀ (Proyek Strategis Nasional). Coal to DME di Tanjung Enim PTBA, dan gasifikasi coal to methanol Kaltim BUMI Resources," paparnya.

Diharapkan dua projek ini bisa operasi pada 2024 mendatang dan menjadi pionir gasifikasi. Saat ini tantangan yang dihadapi adalah dari penyedia teknologi.

"Mudah-mudahan bisa diselesaikan, bisa jadi nilai tambah. Total investasi asing yang masuk ke Indonesia US$ 2,1 miliar, kurangi impor LPG 1 juta ton, dan hemat devisa Rp 297 triliun, neraca dagang Rp 256 triliun, serap tenaga kerja 1.000 orang," tuturnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Benci Tapi Rindu, Batu Bara Jadi Lapangan Kerja Banyak Orang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular