Mau Bangkrut, Taliban Mohon AS Cairkan Aset Afghanistan
Jakarta, CNBC Indonesia - Kelompok pemerintah Afghanistan, Taliban, menyalakan alarm kebangkrutan negara itu. Hal ini terlihat dari sebuah surat yang dikirimkan kelompok itu kepada anggota Kongres Amerika Serikat (AS).
Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Muttaqi mengatakan bahwa pembekuan aset-aset Afghanistan di luar negeri, yang dilakukan oleh AS, merupakan akar dari permasalahan krisis di negara itu. Washington disebut-sebut telah menyita hampir US$ 9,5 miliar aset milik bank sentral Afghanistan sejak kelompok itu berkuasa pada Agustus lalu.
Taliban mengharapkan agar AS berkenan untuk segera membuka akses dana itu. Bila tidak, Afghanistan akan jatuh ke dalam krisis kemanusiaan.
"Saya meminta ... agar pintu untuk hubungan di masa depan dibuka, aset Bank Sentral Afghanistan dicairkan dan sanksi terhadap bank kami dicabut," katanya, dikutip AFP Kamis (18/11/2021).
"Jika situasi saat ini berlaku, pemerintah dan rakyat Afghanistan akan menghadapi masalah dan akan menjadi penyebab migrasi massal di kawasan dan dunia yang akibatnya akan menciptakan masalah kemanusiaan dan ekonomi lebih lanjut."
Ia menambahkan bahwa kekhawatiran dunia terhadap penguasaan kelompok itu tidak perlu terjadi. Taliban meyakinkan masyarakat internasional bahwa mereka berniat untuk melakukan hal-hal yang berbeda kali ini, termasuk dalam pelibatan dan penegakan hak-hak perempuan.
"Langkah-langkah praktis telah diambil menuju pemerintahan yang baik, keamanan dan transparansi," tulis Muttaqi.
"Tidak ada ancaman yang diajukan ke kawasan atau dunia dari Afghanistan dan jalan telah dibuka untuk kerja sama yang positif."
Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) memberikan sinyal bahwa PDB Afghanistan bisa terkontraksi hingga 30%. Lembaga itu menyebutkan bahwa ini merupakan dampak pembekuan aliran bantuan dan dana ke negara itu yang ditetapkan oleh Negara-negara Barat.
"Kejutan ini dapat menyebabkan kontraksi produksi 20-30% , dengan penurunan impor, depresiasi, dan percepatan inflasi," kata laporan itu dikutip CNBC International.
Selain IMF, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan bahwa saat ini 18 juta orang di negara Asia Tengah itu sedang terancam oleh kelaparan hebat. Pasalnya saat ini bank mulai kehabisan uang, pegawai negeri belum dibayar, dan harga pangan melonjak drastis.
(tps/sef)