Pesta "Durian Runtuh" dari Komoditas, RI Bisa Bebas Utang?

Monica Wareza, CNBC Indonesia
07 November 2021 18:25
foto : CNN Indonesia/Adhi Wicaksono
Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga komoditas global berdampak pada Indonesia. Ini menjadi pendorong pertumbuhan realisasi pendapatan tanah air.

Komoditas punya peran sendiri pada tiga pilar penerimaan Indonesia yakni perpajakan, bea cukai dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Dengan begitu membuat APBN jadi sangat sensitif dalam gejolak harga komoditas.

Realisasi penerimaan negara dari pajak adalah Rp 850,06 triliun atau tumbuh 13,25% year-on-year (yoy). Kenaikan tertinggi secara sektoral adalah dari pertambangan, yakni penerimaan pajak meningkat 319,6% pada akhir September 2021.

Untuk penerimaan dari kepabeanan dan cukai senilai Rp 182,92 triliun, tumbuh 28,98%. Kenaikan tersebut akibat penerimaan Bea Keluar tumbuh hingga 910,6. Pendorongnya adalah peningkatan ekspor komoditi tembaga serta tingginya harga produk kelapa sawit.

Sementara itu, realisasi penerimaan PNBP adalah Rp 320,84 triliun atau tumbuh sebesar 22,53% dan hibah Rp 1,01 triliun. Realisasi PNBP sudah lebih dari target APBN yakni Rp 296,20 triliun atau 107,59%.

Penerimaan PNBP melebihi target APBN 2021 ditopang oleh pendapatan Sumber Data Alam Migas yang naik 16,4% dan nonmigas sebesar 78,3%.

Namun ternyata ini tak membuat Indonesia jadi lepas dari utang. Sebab APBN 2022 diperkirakan masih defisit hingga Rp 868 triliun atau 4,85% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jumlah tersebut jadi tambahan nominal utang Indonesia yang mencapai Rp 6000 triliun.

Namun peningkatan penerimaan membuat penarikan utang dapat dikurangi. Misalnya tahun ini defisit diperkirakan 5,59% atau lebih rendah dari asumsi 5,7%.

"Seiring pemulihan, defisit fiskal juga terus turun dari 2020 sebesar 6,14% (realisasi 2020), menjadi 5,59% (APBN 2021)," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati beberapa waktu lalu.

Kepada CNBC Indonesia Economist & Fixed-income Research Bahana Sekuritas, Putera Satria Sambijantoro mengatakan sensitivitas APBN tinggi. Khususnya pada sisi penerimaan pajak dan non-pajak.

"Sensitivitas APBN terhadap komoditas memang tinggi, terutama dari sisi penerimaan pajak dan non-pajak (PNBP). Hal ini positif bagi postur fiskal dalam jangka pendek," jelasnya.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Cs Siap 4 Jurus Amankan PNBP 2024

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular