
Bukti Proyek Kebanggaan Jokowi Belum Mampu Ubah RI Lebih Baik

Jakarta, CNBC Indonesia - Anjloknya penerimaan negara per Mei 2024 mengungkapkan fakta masih rentannya perekonomian Indonesia. Sumber penerimaan negara masih sangat bergantung pada gejolak harga komoditas, meskipun Presiden Joko Widodo sudah kerap menggaungkan program andalannya, yakni hilirisasi.
Sebagaimana diketahui, penerimaan negara dalam lima bulan tahun ini anjlok 7,1% menjadi Rp 1.123,5 triliun. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu mampu terkumpul senilai Rp 1.209 triliun.
"Kelihatan sekali pendapatan negara turun 7,1% terutama karena harga komoditas," kata Wakil Menteri Keuangan periode 2010-2014 Anny Rachmawati dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Jumat (28/06/2024).
Anny mengatakan, tanda-tanda masih bergantungnya penerimaan atau pendapatan negara sebetulnya sudah terlihat sejak dua tahun lalu, tatkala harga-harga komoditas melonjak akibat ekonomi dunia baru pulih dari masa Pandemi Covid-19 dan adanya gangguan rantai pasokan global akibat mulai munculnya perang dan memanasnya konflik geopolitik.
Indonesia pun saat itu bak mendapatkan durian runtuh atau windfall profit. Pendapatan negara dalam APBN per Mei 2024 naik 47,3% dari bulan yang sama tahun sebelumnya Rp 726,5 triliun menjadi Rp 1.070,4 triliun. Namun, ketika harga komoditas mulai melandai pada 2023, penerimaan negara mulai merosot.
"Jadi ini yang perlu kita lihat karena kita masih tergantung betul dengan komoditas," tegas Anny.
Anny pun menekankan program hilirisasi di sektor industri minyak kelapa sawit yang telah dicanangkan sejak lama belum memberikan kontribusi besar pada penerimaan negara dan stabilitas harganya. Program hilirisasi nikel pun juga belum memiliki dampak berarti terkait itu.
"Jadi kelihatan ini bukan persoalan jangka pendek, kita sudah rise isunya di 2022, di 2023 sudah dibunyikan alarm nya, waktu itu sudah turun walaupun penerimaan pajaknya masih lebih baik tapi ketika ini terjadi di 2024 penerimaan pajaknya mengalami turun sampai saya katakan cukup besar," papar Anny.
Oleh sebab itu, Anny pun menekankan, pekerja rumah pemerintah saat ini masih terbilang itu-itu saja jika melihat indikasi penerimaan negara yang anjlok saat ini. Tak ada cara lain selain memperbaiki program hilirisasi yang tepat sasaran dan betul-betul dapat diserap oleh industri-industri yang beroperasi di dalam negeri untuk dijadikan produk jadi yang tak terpengaruh pergolakan harga di tingkat internasional.
"Sampai seberapa jauh itu kaitannya dengan absorbsi dari industri domestik. Jadi kita harus bicara juga bagaimana industri domestik bisa support, topang, kalau ekspornya sedang terkendala karena harga dunianya jatuh atau karena memang dunia sedang banyak kebijakan restriksi perdagangan," tutur Anny.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Riset Ini Ungkap Kunci Sukses Hilirisasi Mineral di Indonesia