Heboh Warga China Panic Buying, Mau Lockdown Gede-gedean?
Jakarta, CNBC Indonesia - China dilaporkan diserang panic buying. Sejumlah rak-rak makanan pokok di beberapa kota besar ludes diborong warga.
Warga memborong minyak goreng dan beras. Mengutip Reuters, mereka juga mulai menimbun sayuran seperti kubis hingga tepung.
Antrian panjang terbentuk di kios kubis pada beberapa supermarket. Terlibat banyak orang membeli persediaan sayuran yang secara tradisional disimpan di rumah dan dikonsumsi selama musim dingin mendatang.
Ini terjadi di Beijing serta beberapa kota, termasuk Tianjin di utara dan Wuhan. Beberapa warga mengeluh secara online tentang rak supermarket yang kosong karena adanya panic buying ini.
Mengapa ini terjadi?
Hal ini dilakukan warga pasca munculnya pengumuman Kementerian Perdagangan yang mendesak warga 'menimbun' bahan-bahan kebutuhan sejak awal pekan ini. Warga diminta untuk mempersiapkan pasokan kebutuhan hidup pokok dan darurat untuk musim dingin ini hingga musim semi.
"Kami meminta keluarga untuk menyimpan sejumlah kebutuhan sehari-hari yang diperlukan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari dan keadaan darurat," ujar situs resmi pemerintah tersebut.
Perintah menimbun makanan diambil dengan beberapa pertimbangan mengenai permasalahan yang sedang dialami Negeri Tirai Bambu. Salah satunya cuaca buruk, kekurangan energi, dan pembatasan akibat lonjakan Covid-19.
Sebelumnya, rata-rata harga pangan, terutama sayuran, melonjak 39,8% sejak September. Ini diakibatkan gagal panen yang disebabkan hujan lebat yang membanjiri lahan sayuran.
Sejak September hingga awal Oktober, terjadi hujan deras terjadi di sebagian besar wilayah utara China. Kebanyakan membanjiri provinsi penghasil sayuran terbesar di Shandong.
Sementara itu, tindakan penguncian (lockdown) juga digalakkan di beberapa provinsi yang mengalami lonjakan Covid-19. China merupakan negara yang masih menganut konsep "no tolerance" pada Covid-19, berbeda dengan tren banyak negara saat ini yang memilih 'damai' dengan corona.
Sejauh ini, China sudah melakukan lockdown di kota Heihe, Lanzhou, dan Eijin. Selain di tiga kota itu, penguncian yang sifatnya lokal atau per kompleks perumahan juga dilakukan di distrik Changping, barat laut Beijing.
Analis di A.G. Holdings Agricultural Consulting Ma Wenfeng, mengatakan saran pemerintah kepada penduduk untuk membeli persediaan menjelang musim dingin sebenarnya dikeluarkan setiap tahun. Ini untuk mengantisipasi ketidakpastian cuaca.
Namun kali ini gelombang terbaru Covid-19 juga membuat warga bersiap. Akibat Covid-19, China yang menetapkan 'nol kasus' tidak menoleransi satu kasus corona-pun yang menyebabkan pembatasan ketat dan lockdown kota dengan jutaan warga.
"Itu perlu karena sering terjadi hujan salju lebat di musim dingin ... dan tampaknya akan ada ketidakpastian tentang kondisi cuaca tahun ini. Jadi saya pikir ini adalah masalah yang cukup normal," katanya.
"Ada ketidakpastian tentang terjadinya wabah Covid-19. Begitu wabah terjadi, mata pencaharian masyarakat akan terpengaruh. Itu sebabnya orang menimbun persediaan musim dingin untuk menghindari dampak Covid-19," tambahnya.
Pusat Meteorologi Nasional China sempat memperkirakan penurunan suhu selama akhir pekan. Ini akan terjadi di wilayah barat laut, barat daya, dan sebagian besar tengah dan timur.
(sef/sef)