Internasional

Panic Buying China Makin Meluas, Warga 'Serbu' Alibaba

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
09 November 2021 11:55
People look at products in the flour section of a supermarket following outbreak of the coronavirus disease (COVID-19) in Beijing, China, November 3, 2021. REUTERS/Thomas Peter
Foto: Warga membeli bahan kebutuhan pokok usai pemerintah meminta masyarakat menyetok kebutuhan sehari-hari untuk keadaan darurat di Supermarket Beijing, China, 3 November 2021. (REUTERS/Thomas Peter)

Jakarta, CNBC Indonesia - Panic buying masih terjadi di China. Hal ini dipicu oleh anjuran pemerintah yang meminta agar warga menimbun bahan-bahan pokok menjelang musim dingin.

"Kami meminta keluarga untuk menyimpan sejumlah kebutuhan sehari-hari yang diperlukan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari dan keadaan darurat," ujar situs resmi Kementerian Perdagangan China pekan lalu.

Mengutip laporan Reuters, Senin (8/11/2021) para manula di Beijing terlihat berebut sayur kubis di swalayan. Beberapa sudut memperlihatkan bagaimana orang-orang membawa bungkusan kubis sangat besar, yang kemungkinan bisa disimpan sebagai stok berbulan-bulan.

"Setiap tahun, di waktu ini, volume penjualan (kubis) memang meningkat. Tapi setelah laporan (penimbunan) keluar, semua orang buru-buru membeli semuanya bahkan lebih," kata seorang penjual di pasar Xinfadi, Beijing, Jia Jinzhi, dikutip Selasa (9/11/2021).

Beberapa supermarket disebut membatasi penjualan pada tiga kubis per orang. Namun warga yang datang setelah jam 9.00 tetap tak mendapat jatah.

Tak hanya di supermarket, warga juga mulai menyerbu beberapa website e-commerce seperti Alibaba. Bukan hanya sayuran, barang kebutuhan pokok lain seperti beras, kecap, dan saus sambal, menjadi tren di situs yang didirikan oleh Jack Ma itu.

Sementara itu, permintaan penimbunan ini bukan tanpa alasan. Gagal panen telah dialami petani sayuran akibat hujan deras melanda, sejak September dan Oktober membanjiri provinsi penghasil sayuran terbesar di Shandong.

Menurut pemerintah beberapa kota, rata-rata harga grosir sayuran telah melonjak 39,8% sejak September lalu. Sementara beberapa sayuran berdaun naik lebih dari 50%.

Tak hanya itu, hal ini juga diakibatkan kenaikan tajam kasus Covid-19 di Negeri Tirai Bambu. Saat ini tercatat sudah dilakukan langkah-langkah penguncian di Heihe, Lanzhou, dan Eijin.

Selain di tiga kota itu, penguncian yang sifatnya lokal atau per kompleks perumahan juga dilakukan di distrik Changping, barat laut Beijing. Ini untuk mengekang penyebaran virus yang masih menginfeksi lebih dari 80 kasus sehari.

Ledakan infeksi di China baru-baru ini diyakini terkait klaster wisatawan asal Shanghai yang pergi berwisata ke beberapa wilayah di provinsi Gansu dan Mongolia Dalam. Sejak ditemukan 17 Oktober hingga 5 November kemarin, kini hampir 20 provinsi kemasukan Covid-19 dengan 918 kasus aktif.

Menghimpun data Covid-19 dari Worldometers, negara terbesar di Asia itu telah mencatatkan 97.823 kasus infeksi sejak pandemi muncul. Ada 4.636 kematian sejak wabah merebak di kota Wuhan.


(tps/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Krisis? Warga Panic Buying, Rak Supermarket Kosong

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular