Seperti Premium, Bensin Pertalite Juga Impor dari Singapura!

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
Selasa, 02/11/2021 16:40 WIB
Foto: Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - RI masih mengimpor Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, salah satunya dari negara tetangga, Singapura. Tidak hanya BBM jenis Premium (RON 88), Pertalite (RON 90) juga disebut diimpor dari Singapura.

Hal tersebut disampaikan oleh Anggota Tim Reformasi dan Tata Kelola Migas (2014-2015) Fahmy Radhi. Menurutnya, blending atau pencampuran untuk membuat dua jenis produk tersebut sudah dilakukan di kilang BBM Singapura, dan RI mengimpor dalam produk jadi.

"Seperti Premium, pengadaan Pertalite juga harus blending di kilang Singapura. Impor BBM biasa dari pasar Singapura," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (02/11/2021).


Saat ini Premium (RON 88) di SPBU dijual dengan harga Rp 6.450 per liter dan Pertalite (RON 90) sebesar Rp 7.650 per liter.

Namun, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut, secara keekonomian, harga bensin Premium saat ini seharusnya dijual Rp 9.000 per liter dan Pertalite di atas Rp 11.000 per liter.

"Penyebab utama kerugian Pertalite saat ini adalah penetapan harga jual yang di bawah harga keekonomian di tengah kenaikan harga minyak dunia," kata Fahmy.

Lebih lanjut dia mengatakan menaikkan harga bensin Pertalite yang jual dengan harga di bawah keekonomian tidaklah tepat. Hal ini dikarenakan tujuan dari diluncurkannya produk Pertalite sebagai jembatan migrasi dari Premium ke Pertalite, lalu kemudian ke Pertamax.

"Kalau harga Pertalite dinaikkan, konsumen Pertalite akan kembali ke Premium," ujarnya.

Dia menyarankan, agar kerugian akibat tidak menaikkan harga ditanggung oleh Pertamina. Kerugian bisa ditutup dengan menggunakan keuntungan yang diperoleh saat harga minyak dunia rendah

"Saat harga minyak dunia sangat rendah, Pertamina tidak menurunkan harga BBM. Saat itu, Pertamina meraup laba sangat besar. Mestinya, laba itu dapat digunakan untuk menutup kerugian saat ini, tanpa menaikkan harga Pertalite," lanjutnya.

Hal senada diungkapkan Mantan Direktur Utama Pertamina periode 2006-2009 Ari Soemarno. Dia mengatakan, Pertalite adalah bensin yang berasal dari BBM RON 92 kemudian dicampur dengan LOMC (Low Octane Mogas Component)/ Naptha. Adapun Naphta diproduksi di kilang dalam negeri.

"Impor RON 92 umumnya bisa dari Singapura, Korea, China. Bensin yang RON 95 juga diimpor dari negara negara itu," paparnya.

Namun demikian, dia mengatakan, bensin Pertalite ini tidak melulu diproses di dalam negeri meski mengimpor bensin RON 92. Menurutnya, terkadang Indonesia juga langsung mengimpor bensin RON 90 Pertalite dan RON 88 Premium dalam bentuk produk jadi. Pencampuran sudah dilakukan oleh supplier atau negara pengimpor.

"Setahu aku Pertalite dan Premium kadang kala juga impor yang sudah jadi. Blending-nya dilakukan supplier," ungkapnya.

Sebelumnya, Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM Soerjaningsih mengatakan pemerintah akan memberikan kompensasi kepada Pertamina agar perseroan tidak merugi. Dia mengatakan, besaran kompensasinya saat ini masih dibahas.

"Kemudian terkait penyesuaian harga, kenaikan harga BBM, agar Pertamina tidak rugi ini rencananya akan dibahas nanti ya, bagaimana kompensasi kepada Pertamina," ungkapnya dalam konferensi pers, Senin (25/10/2021).

Menurutnya kenaikan harga BBM saat ini masih cukup sulit diterima oleh masyarakat di tengah kondisi yang baru pulih dari pandemi Covid-19.

"Jadi kenaikan harga BBM ini kan sebenarnya mungkin masih sulit diterima oleh masyarakat yang kondisinya sedang baru mau pulih Covid-19. Jadi kemungkinan pemerintah yang ngalah sama rakyat, tetap tenang tidak ada inflasi," lanjutnya.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bahlil: RI Alihkan Impor BBM Dari Singapura ke AS-Timur Tengah