Harusnya Seharga Rp 11.000, dari mana Asalnya BBM Pertalite?

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
02 November 2021 16:12
Pengendara motor mengatre untuk mengisi bahan bakar Pertalite di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) kawasan Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (17/9/2020). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pengendara motor mengatre untuk mengisi bahan bakar Pertalite di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) kawasan Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (17/9/2020). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin Pertalite (RON 90) saat ini dijual di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dengan harga Rp 7.650 per liter. Padahal, menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga keekonomian Pertalite saat ini sudah mencapai di atas Rp 11.000 per liter.

Lalu, dari mana asal produk bensin Pertalite ini?

Mantan Direktur Utama Pertamina periode 2006-2009 Ari Soemarno mengatakan, Pertalite adalah bensin yang berasal dari BBM RON 92 (Pertamax) kemudian dicampur dengan LOMC (Low Octane Mogas Component)/ Naptha.

"Impor RON 92 umumnya bisa dari Singapura, Korea, China. Bensin yang RON 95 juga diimpor dari negara negara itu," paparnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (02/11/2021).

Menurutnya, Naptha yang digunakan untuk campuran RON 92 dalam memproduksi Pertalite tidak dipenuhi dari impor, namun dari kilang dalam negeri.

"Tidak, itu dari kilang di sini," lanjutnya.

Namun demikian, dia mengatakan, bensin Pertalite ini tidak melulu diproses di dalam negeri meski mengimpor bensin RON 92. Menurutnya, terkadang Indonesia juga langsung mengimpor bensin RON 90 Pertalite dan RON 88 Premium dalam bentuk produk jadi. Pencampuran sudah dilakukan oleh supplier atau negara pengimpor.

"Setahu aku Pertalite dan Premium kadang kala juga impor yang sudah jadi. Blendingnya dilakukan supplier," ungkapnya.

Hal yang sama disampaikan oleh Anggota Tim Reformasi dan Tata Kelola Migas (2014-2015) Fahmy Radhi. Dia mengatakan, sama dengan Premium, Pertalite juga blendingnya dilakukan di Kilang Singapura.

"Impor BBM biasa dari pasar Singapura," tuturnya.

Menurutnya, penyebab utama kerugian dari penjualan Pertalite saat ini adalah penetapan harga jual yang di bawah harga keekonomian. Padahal, harga minyak dunia sedang melonjak.

"Kenaikan harga Pertalite sangat tidak tepat. Alasannya, tujuan meluncurkan Pertalite saat itu adalah untuk bridging (jembatan) migrasi dari Premium ke Pertalite lalu Pertamax. Kalau harga Pertalite dinaikan, konsumen Pertalite akan kembali ke Premium," ungkapnya.

Fahmy berpandangan, agar kerugian akibat menjual Pertalite tidak sesuai keekonomian bisa ditanggung oleh Pertamina dengan cara menggunakan keuntungan yang diperoleh Pertamina saat harga minyak sedang rendah.

"Saat harga minyak dunia sangat rendah, Pertamina tidak menurunkan harga BBM. Saat itu, Pertamina meraup laba sangat besar. Mestinya, laba itu dapat digunakan untuk menutup kerugian saat ini, tanpa menaikkan harga Pertalite," lanjutnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BPH Migas Tunggu Arahan Pemerintah 'Suntik Mati' BBM Premium

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular