Lapor, Pak Jokowi! Kebangkitan Ekonomi RI Makin Pasti

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 November 2021 12:39
Presiden Jokowi saat meresmikan pabrik biodiesel milik PT Jhonlin Agro Raya di Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan, pada Kamis, 21 Oktober 2021. (Dok: Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden Jokowi saat meresmikan pabrik biodiesel milik PT Jhonlin Agro Raya di Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan, pada Kamis, 21 Oktober 2021. (Dok: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini, kabar gembira menyelimuti perekonomian Indonesia. Ada dua rilis data yang memberikan konfirmasi bahwa perekonomian nasional sudah bangkit.

Pertama adalah data aktivitas manufaktur. IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) di Indonesia pada Oktober 2021 adalah 57,2. Melesat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 52,2 sekaligus menjadi catatan tertinggi sepanjang sejarah.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika sudah di atas 50, maka artinya dunia usaha tengah menjalani fase ekspansi.

"Pelonggaran restriksi membuat sektor manufaktur Indonesia tumbuh hingga mencatat rekor baru. Penciptaan lapangan kerja tumbuh positif, kali pertama dalam empat bulan terakhir, sementara pembelian bahan baku naik dan mengukir rekor tertinggi," papar keterangan tertulis IHS Markit.

Namun yang mendongkrak PMI manufaktur Indonesia pada Oktober 2021, lanjut IHS Markit, adalah pemesanan baru (new orders). Dunia usaha mengaku permintaan tumbuh dan ekonomi berangsur bangkit karena situasi pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang semakin membaik.

Tingginya permintaan membuat dunia usaha melakukan ekspansi dengan meningkatkan kapasitas produksi. Hasilnya, lapangan kerja pun tercipta meski belum signifikan.

Jingyi Pan, Economics Associates Director IHS Markit, menyatakan kepercayaan diri dunia usaha sudah pulih. Ini terlihat dari peningkatan Future Output Index dan tambahan rekrutmen pekerja.

"Akan tetapi, ada masalah yaitu hambatan di sisi pasokan. Dunia usaha berpandangan tekanan harga akan terjadi. Ini memang bukan sesuatu yang hanya terjadi di Indonesia," sebut Pan dalam keterangan tertulis.

Ingat, manufaktur adalah penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dari sisi lapangan usaha. Jadi kalau manufaktur melejit, maka niscaya pertumbuhan ekonomi akan terungkit.

Data kedua adalah inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi inflasi 0,12% pada Oktober 2021 dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Ini membuat inflasi tahunan (year-on-year/yoy) menjadi 1,66%.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,09% mtm. Sementara inflasi tahunan diperkirakan 1,63%. Artinya, laju inflasi sedikit lebih cepat ketimbang ekspektasi pasar.

Sementara inflasi inti pada Oktober 2021 tercatat 1,33% yoy. Lebih tinggi dibandingkan September 2021 yang sebesar 1,3% dan menjadi yang tertinggi dalam empat bulan terakhir.

Inflasi inti kerap dijadikan indikator untuk mengukur kekuatan daya beli. Sebab, inflasi inti berisi harga barang dan jasa yang persisten, bandel, tidak gampang naik-turun. Kalau harga barang dan jasa yang tergolong komponen inti naik, artinya konsumen rela sudah rela membayar lebih, tanda daya beli yang lebih kuat.

  

Seperti halnya aktivitas manufaktur, laju inflasi pun terakselerasi selepas pelonggaran Pemberlakuan Pembatasa Kegiatan Masyarakat (PPKM). Permintaan yang meningkat karena masyarakat sudah tidak lagi #dirumahaja menyebabkan tekanan inflasi.

"Inflasi secara umum memang sepertinya tetap rendah hingga akhir 2021. Namun ada kemungkinan tekanan inflasi dari sisi permintaan pada kuartal IV-2021 karena pelonggaran pembatasan sosial," tulis Faisal Rachman, Ekonom Bank Mandiri, dalam risetnya.

Di satu sisi, percepatan laju inflasi memang perlu diwaspadai. Namun di sisi lain, ini juga menandakan peningkatan permintaan yang berarti konsumsi rumah tangga sudah mulai bangkit setelah tertekan akibat PPKM ketat.

Kalau industri manufaktur adalah penyumbang terbesar PDB dari sisi lapangan usaha, maka konsumsi rumah tangga adalah kontributor utama dari sisi pengeluaran. Saat konsumsi bangkit, maka pertumbuhan ekonomi juga akan terungkit.

So, sepertinya perekonomian nasional akan mengalami start yang impresif pada kuartal IV-2021. Jika bisa dipertahankan, apalagi ditingkatkan, maka pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2021 bakal cerah. Kebangkitan ekonomi Indonesia rasanya ada di depan mata.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular