Sampai Kapan Harga Batu Bara Cs 'Terbang'?
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas melambung di tahun 2021. Tak tanggung-tanggung, naiknya harga komoditas tercatat puluhan hingga ratusan persen dalam setahun seperti batu bara yang meroket 200%, timah menguat 80%, dan nikel naik 50%.
Fenomena ini kemudian dikaitkan dengan commodity supercycle dan tahun 2021 digadang-gadang jadi awal mula supercycle kelima sepanjang dicatat dalam sejarah.
Kenaikan harga komoditas dunia tahun ini berbanding terbalik jika melihat keadaan komoditas tahun 2020. Tahun lalu semua komoditas terpukul, harga minyak sampai menyentuh level minus. Itu merupakan level harga yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Pandemi COVID-19 (Coronavirus Disease-2019) sah saja ditunjuk jadi biang kerok tambang hancur lebur. Berkat dirinya tambang-tambang kemudian ditutup dengan dalih pembatasan mobilitas dalam upaya menekan kasus virus mematikan tersebut.Pada akhirnya produksi dan permintaan turun membuat keseimbangan harga komoditas berada di level yang rendah.
Memasuki 2021, cerita berubah. Narasi pemulihan ekonomi jadi tema utama dengan dorongan vaksinasi di seluruh dunia. Satu per satu negara mulai membuka ekonominya setelah hampir setahun lamanya terpukul.
Harapan ekonomi bisa berkembang dimulai dari China dan Vietnam yang berhasil terhindar dari resesi yang kemudian menjalar ke berbagai negara. Amerika pun mencatatkan pertumbuhan ekonomi 12,2% year-on-year (yoy) pada kuartal kedua 2021.
Optimisme pemulihan ekonomi ini menciptakan lonjakan kilat permintaan terhadap komoditas seperti logam, batu bara, minyak, sawit, dan gas. Selain sebagai sumber energi, komoditas tersebut juga digunakan untuk industry manufaktur. Hasilnya, harga-harga komoditas mulai merangkak naik.
Sayangnya, peningkatan produksi tidak bisa secepat permintaan. Tambang komoditas terlanjur lumpuh dan tidak bisa pulih dengan cepat. Harga komoditas pun berjalan dengan kurva permintaan yang terus tinggi dan cepat sedangkan pasokan bergerak lambat mengakumulasi ketidakseimbangan di pasar komoditas menciptakan bom waktu.
Akhirnya bom itu meledak di bulan September 2021 ketika harga-harga komoditas dengan cepat melesat ke level tertingginya. Rekor baru harga tertinggi tercipta di berbagai komoditas seperti batu bara, minyak, gas, nikel, timah, aluminium. Lebih buruk, ketimpangan permintaan dan pasokan menciptakan krisis energi.
(ras/ras)