China Lockdown, Batu Bara Seret, Krisis Energi Makin Parah!

Sementara di sisi pasokan, ada gangguan di China. Salah satunya karena karantina wilayah (lockdown) di sejumlah wilayah produsen batu bara di Negeri Tirai Bambu.
Per 25 Oktober 2021, WHO mencatat total pasien positif corona di China adalah 125.565 orang. Bertambah 47 orang dari hari sebelumnya.
Dalam sepekan terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 44 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata tujuh hari sebelumnya yaitu 28 orang saban harinya.
Secara nominal, angka penambahan kasus di Negeri Tirai Bambu memang kecil. Namun pemerintah China menganut kebijakan tiada toleransi untuk urusan Covid-19 (zero Covid-19 strategy).
Jadi walau angka kecil, tren kenaikan sudah cukup buat pemerintah memberlakukan alias lockdown. Sejumlah kota kini tengah memberlakukan lockdown seperti Erenhot, Ejina, Xian, hingga Yinchuan.
Xian adalah ibu kota Provinsi Shaanxi. Sementara Erenhot dan Ejna adalah wilayah di Inner Mongolia. Dua provinsi ini merupakan penghasil batu bara utama di China.
Pada 2019, terdapat 643 tambang batu bara di Shaanxi dengan total kapasitas produksi mencapai 994,76 ton per tahun. Ini adalah yang terbesar di China.
Sementara Inner Mongolia memiliki 383 tambang batu bara dengan total kapasitas produksi 897 juta ton per tahun. Daerah ini menduduki peringkat kedua, hanya kalah dari Shaanxi.
Gara-gara lockdown, aktivitas warga di Shaanxi dan Inner Mongolia pasti terganggu. Termasuk produksi batu bara. Ini membuat pasokan terhambat dan China mengalami krisis litrik karena kekurangan batu bara.
Indonesia boleh menjadi eksportir batu bara terbesar dunia. Namun China adalah produsen terbesar. Pada 2019, produksi batu bara China mencapai 3,71 miliar ton.
Jadi saat ini dunia sedang menghadapi krisis multidimensi. Saat krisis kesehatan dan kemanusiaa yaitu pandemi virus corona belum usai, krisis itu melahirkan masalah lain yakni krisis energi. Sungguh bukan waktu yang tepat untuk menjalani hidup tenang dan bahagia...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)