China Lockdown, Batu Bara Seret, Krisis Energi Makin Parah!

Jakarta, CNBC Indonesia - Saat ini dunia tengah dilanda oleh krisis energi, karena pasokan komoditas seperti batu bara berkurang drastis sementara permintaan melonjak. Siapa sangka krisis ini terkait dengan krisis yang menghantui dunia sejak 2020. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Tahun ini, baru bara menjadi salah satu komoditas dengan kenaikan harga paling tinggi. Sejak akhir 2020 (year-to-date), harga batu batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) 146,34%.
Sisi permintaan dan pasokan sama-sama membuat harga batu bara 'mengudara'. Di sisi permintaan, ekonomi sudah kembali bergeliat setelah tempat 'mati suri' karena pandemi virus corona. Mal, restoran, sekolah, perkantoran, rumah ibadah, dan sebagainya sudah membuka pintu bagi pengunjung. Selain itu, negara-negara bumi belahan utara (northern hemisphere) juga akan memasuki musim dingin.
Peningkatan aktivitas masyarakat berdampak terhadap penambahan kebutuhan listrik. Kebetulan saat ini harga gas alam juga sedang mahal, sehingga dunia usaha beralih ke sumber energi alternatif untuk pembangkit listrik. Salah satu pilihannya adalah batu bara.
Biaya pembangkitan listrik dengan batu bara juga lebih murah. DI Eropa, misalnya, harga pembangkitan listrik dengan gas alam pada 19 Oktober 2021 adalah EUR 85,23/MWh. Dengan batu bara lebih ekonomis yakni EUR 53,96/MWh. Jadi tidak heran permintaan baru bara melesat.
Halaman Selanjutnya --> Lockdown, Pasokan Batu Bara Jadi Seret