Lawan Ancaman Ngeri Selain Covid, UE Butuh Nuklir & Gas

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
Sabtu, 23/10/2021 20:00 WIB
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasokan energi akhir-akhir ini menjadi masalah di banyak negara, bahkan sampai terjadi krisis energi. Berbagai negara di dunia saat ini sepakat untuk menekan emisi karbon dengan beralih ke energi terbarukan dengan mengurangi efek perubahan iklim (climate change).

Dua jenis sumber energi dimanfaatkan Uni Eropa (UE) untuk bertransisi, yakni gas dan nuklir karena lebih bersih jika dibandingkan energi fosil lain seperti batu bara.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan Uni Eropa mengelola transisi ke ekonomi rendah karbon. Sehingga Uni Eropa bisa menekan emisi secara drastis.


"Uni Eropa harus secara drastis mengurangi emisi CO2 untuk memerangi perubahan iklim, jelas bahwa kita membutuhkan lebih banyak energi terbarukan dan bersih," ungkapnya dilansir dari AFP, Sabtu, (23/10/2021).

Pemanfaatan energi terbarukan saat ini ongkosnya disebut sudah lebih murah, dan tidak bergantung lagi pada impor. Namun karena sifat energi terbarukan yang intermittent dibutuhkan sumber energi yang stabil.

Kepala Badan Eksekutif Uni Eropa mengatakan sumber energi yang stabil adalah nuklir, tapi untuk transisi dibutuhkan juga gas. Keuntungan dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yakni hampir tidak memancarkan CO2 ke atmosfer.

Sementara gas bahan bakar hidrokarbon utama yang paling tidak berpolusi. Komisi Eropa harus mengusulkan taksonomi hijau, daftar energi yang dianggap bermanfaat bagi iklim sebelum akhir tahun.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan ini kan membuka akses ke keuangan hijau, dan memberikan keunggulan kompetitif pada teknologi ini.

"Belum pernah sebelumnya dukungan yang begitu jelas dan luas diungkapkan untuk kebutuhan penggunaan energi nuklir untuk mencapai tujuan iklim kita," ungkapnya.

Prancis yang energinya 70% dipasok dari nuklir menjadi pengekspor utama listrik. Saat ini tengah bersiap untuk kembali membangun PLTN.

"Sebagian besar negara anggota ingin memasukkan gas dan nuklir ke dalam taksonomi," kata seorang diplomat Eropa kepada AFP pada Kamis malam. Sementara dua pejabat lainnya memberikan dukungan.

Dalam konteks krisis harga gas saat ini, 10 negara Uni Eropa, yang dipimpin oleh Prancis, menerbitkan pernyataan pada pertengahan Oktober yang mendukung tenaga nuklir.

Tetapi negara-negara lain, termasuk Jerman, Austria dan Luxembourg, menentang keras, menunjuk pada masalah penyimpanan limbah radioaktif jangka panjang.


(roy/roy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: 80% LPG RI Berasal Dari Impor!