Internasional

Muncul Ancaman Baru Selain Covid, China-India-RI Kena Imbas!

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
28 January 2022 09:05
A general view shows 100,000 postcards with messages against climate change, sent by young people from all over the world and stuck together to break the Guinness World Record of the biggest postcard on the Jungfraufirn, the upper part of Europe's longest glacier, the Aletschgletscher, near Jungfraujoch, Switzerland November 16, 2018.   REUTERS/Arnd Wiegmann
Foto: Sebuah pandangan umum menunjukkan 100.000 kartu pos dengan pesan-pesan menentang perubahan iklim, yang dikirim oleh orang-orang muda dari seluruh dunia dan berkumpul bersama untuk memecahkan Rekor Dunia Guinness dari kartu pos terbesar di Jungfraufirn, bagian atas gletser terpanjang di Eropa, Aletschgletscher, dekat Jungfraujoch, Swiss 16 November 2018. REUTERS / Arnd Wiegmann

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 rupanya bukan satu-satunya ancaman bagi Asia. Prediksi 'ramalan' kota-kota yang akan tenggelam dalam beberapa dekade mendatang semakin menjadi momok menakutkan di wilayah ini.

Studi dilaporkan Environmental Research Letters. Penelitian dilakukan Princeton University dan Potsdam Institute for Climate Impact Research di Jerman.

Laporan menyebutkan akan ada sekitar 200 juta penduduk perkotaan mendapati tempat tinggal mereka terendam air laut hingga setinggi lutut. Wilayah mereka juga akan lebih rentan dilanda badai.

Situasi terburuk diperkirakan berpotensi terjadi kawasan Asia, yang menjadi lokasi dari sembilan kota besar dengan risiko tinggi. Area-area dengan pembangunan pesat di China, India dan Indonesia, khususnya di Jakarta, diprediksi akan menghadapi "kehancuran".

Selain itu ada pula wilayah di daratan Bangladesh dan Vietnam. Banyak kota diprediksi akan berada di bawah garis pasang tinggi untuk jangka panjang, saat suhu global naik 2 derajat Celsius.

"Sekitar lima persen dari total populasi dunia saat ini tinggal di daratan yang ada di bawah level air pasang yang diperkirakan akan naik berdasarkan karbon dioksida yang ditambahkan oleh aktivitas manusia ke dalam atmosfer," kata CEO dan kepala peneliti Climate Central, Ben Strauss, yang memimpin penyusunan laporan tersebut, dikutip dari AFP.

Kenaikan permukaan laut diperkirakan mencapai setengah meter hingga kurang dari dua kali lipat dari itu. Ini bergantung pada seberapa cepat polusi karbon berkurang.

Laporan itu juga mengatakan lautan akan terus meluas selama ratusan tahun, setelah 2100. Fenomena ini dipicu oleh lapisan es yang mencair, panas yang terjebak di lautan dan dinamika air yang menghangat.

"Kenaikan juga tidak akan terpengaruh meski dunia menurunkan emisi gas kaca dengan agresif," tulis laporan tersebut.

Sebelumnya India dan China sudah berencana untuk mengurangi konsumsi 'emas hitam' sebagai bagian dari target emisi karbon bersih (net zero) dalam beberapa dekade mendatang. Sebagaimana diketahui, kedua negara ini merupakan penyumbang emisi terbanyak dunia.


(tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Muncul yang Lebih Ngeri dari Covid, Tokoh Agama Turun Tangan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular