
Ngeri! Varian Delta Disebut 'Beranak' hingga 24 Jenis

Jakarta, CNBC Indonesia - Dinas Kesehatan DKI mulai mengantisipasi munculnya gelombang ketiga Covid-19 yang berasal dari turunan virus corona varian Delta.
Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngablia Salama mengemukakan potensi terjadinya gelombang ketiga Covid-19.
"Pertama karena ada varian mutasi virus yang berbahaya, seperti Delta dan anak-anaknya sekarang ada 24 jenis. Dia lebih menular, lebih mematikan, dan lebih menyerang anak-anak," kata Ngabila, dikutip Sabtu (23/10/2021).
Ngabila lantas menyoroti peluang Indonesia terkena gelombang ketiga Covid-19. Apalag ijika dilihat secara historis, Indonesia memang kerap terkena di belakang.
"Hati-hati. Biasanya Indonesia muncul gelombang ketiganya belakangan, jangan sampai terjadi seperti itu," kata Ngabila.
Saat ini, Ngabila mengatakan, vaksinasi Covid-19 memang belum merata. Sebagai contoh, vaksinasi di DKI Jakarta dan daerah lain masih berbeda cukup jauh.
"Ketidakseimbangan vaksin ini yang terutama orang-orang yang berhak pertama kali dapat, lansia, komorbid, remaja, bumil, disabilitas, ini belum dapat," jelasnya.
Ngabila meminta seluruh masyarakat tetap mengedepankan protokol kesehatan yang ketat. Masyarakat diharapkan dapat mewaspadai potensi terjadinya penularan virus.
Sebelumnya, mutasi baru virus corona varian Delta memang ditemukan di luar negeri. Mutasi itu adalah varian Delta Plus alias AY.4.2.
Varian Delta versi original pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020 lalu dengan nama resmi B.1617.2. Varian ini terus bermutasi hingga disebut sebagai varian 'Delta Plus' yang kini disebut juga AY.4.2.
Di Inggris, varian ini ditemukan September lalu. Negeri itu yang sebelumnya mengalami banyak kasus Covid-19 varian Alpha, kini mengalami banyak kasus varian Delta.
Badan Keamanan Kesehatan Inggris mengeluarkan laporan yang mengatakan sublineage Delta yang baru disebut AY.4.2 tercatat berkembang di Inggris.Badan tersebut mengatakan ada mutasi pada protein lonjakan (A222V dan Y145H) yang digunakan virus corona untuk memasuki sel manusia.
"Sublineage ini saat ini meningkat frekwensinya," kata badan itu.
Mengutip BBC, AY.4.2 memang belum dikategorikan sebagai variant of concern (VoC) maupun varian under investigation. Namun, varian ini dikhawatirkan lebih menular karena sudah menyumbang 6% kasus di Inggris.
Berkaca dari Negeri Ratu Elizabeth, negeri itu kini mengalami lonjakan kasus signifikan. Bahkan kemarin ada 50.000 kasus yang ditemukan, mendekati rekor 17 Juli 2021.
Subtipe Delta dilaporkan 10-15% lebih mudah menular daripada varian delta standar. Tetapi para ahli mengatakan terlalu dini untuk mengatakan dengan pasti apakah itu telah menyebabkan lonjakan kasus di Inggris.
Selain Inggris negara lain juga mengumumkan varian ini. Di antaranya Israel dan Rusia.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS Sebut Varian Corona Delta Jadi Ancaman Terbesar Dunia