
Cerita Tetangga RI: Dulu Dipuji Lawan Covid, Sekarang 'Chaos'

Jakarta, CNBC Indonesia - Australia sebelumnya merupakan negara dunia yang mendapatkan pujian internasional dalam menangani pandemi Covid-19. Di 2020 lalu, Negeri Kangguru itu mampu melakukan langkah-langkah pengetatan masuk dan berhasil menahan laju infeksi yang tinggi.
Namun ketahanan itu berakhir pada Juni 2021 lalu. Hal ini ditandai oleh masuknya varian Delta di negara bagian terpadat negara itu, New South Wales.
Bahkan, negara bagian yang menaungi kota Sydney itu langsung mengalami penguncian besar-besaran dan aturan karantina yang ketat. Setelah kejadian ini tren pertumbuhan infeksi pun naik hingga negara itu mencatatkan rata-rata penambahan kasus hingga 2 ribu per harinya pada pertengahan Desember 2021.
Di tengah perkembangan Delta, negara yang terletak di Selatan RI itu kemasukan Omicron. Varian yang memiliki 32 mutasi pada protein lonjakannya itu dengan cepat menyebar hingga membuat gelombang infeksi yang cukup besar.
Akibatnya, pada pertengahan Januari 2022 jumlah harian infeksi Covid sempat mencapai di atas 150 ribu per hari. Bila dibandingkan dengan rata-rata kenaikan kasus pertengahan Desember, ada lonjakan hingga lebih dari 7.000%.
Hal ini mulai membuat fasilitas kesehatan di negara itu mulai chaos. Ini ditandai dengan banyaknya pasien yang terinfeksi sementara jumlah nakes tidak memadai.
Banyak nakes yang tidak dapat bekerja akibat tertahan aturan karantina ketat setelah menangani pasien Covid-19 sebelumnya. Selain dari segi nakes, kekacauan juga terjadi di pusat-pusat pengujian Covid-19.
Persekutuan Farmasi Australia mengaku mengalami kesulitan dialami setelah banyaknya jumlah warga yang berbondong-bondong melakukan tes Covid-19. Hal ini pun juga disulut oleh kurangnya alat tes Covid akibat gangguan rantai pasok yang disebabkan peraturan karantina.
"Ini sama sekali tidak dapat ditahan lagi, anggota kami menjawab empat panggilan dalam satu menit dari orang-orang yang putus asa untuk tes," ujarnya kepada CNN International dikutip Senin (24/1/2022).
Akibatnya beberapa negara bagian mulai melonggarkan aturan isolasi ini. Negara Bagian Victoria, yang menaungi kota Melbourne, membebaskan lebih banyak pekerja dari persyaratan karantina karena melakukan kontak dekat untuk membantu kurangnya tenaga kerja di layanan darurat, pendidikan, dan transportasi.
"Tidak ada perbaikan cepat untuk ini," kata Perdana Menteri Victoria, Daniel Andrews, selama konferensi media.
"Ini adalah perubahan yang masuk akal, mereka akan membantu tetapi itu bukan segalanya, tidak ada solusi sederhana."
Sementara itu, pemerintah federal Australia mengaku kewalahan dengan kemunculan Omicron dan ledakan infeksi ini. Perdana Menteri (PM) Scott Morrison mengaku bahwa sebelumnya negara pimpinannya itu hanya merancang cara hidup bersama Delta saja tanpa tahu ancaman Omicron yang tidak diprediksi.
"Omicron telah menjadi salah satu (kejutan) terbesar dalam tantangan dan mengubah cara kami mengelola pandemi hingga saat ini," aku Morrison dalam sebuah pernyataan pers.
Hingga saat ini, Australia sendiri akhirnya menjadi salah satu negara dunia dengan jumlah kasus Covid-19 di atas 1 juta kasus. Negara yang berpenduduk 26 juta itu sejauh ini telah melaporkan 2,23 juta kasus infeksi dengan 3.148 kematian.
(tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Baru, Kasus Covid-19 di Australia Cetak Rekor Baru
