
Singapura Kewalahan Lawan Corona, RI Bersiap Hidup Normal?

Gara-gara pandemi yang sempat menggila pada Juli 2021 lalu, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terpaksa bertindak tegas. Pemerintah mengumumkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di wilayah Jawa-Bali.
Situasi saat itu begitu mencekam. Mal tutup, restoran dan warung makan hanya melayani takeaway dan delivery, pekerja di sektor non-esensial dan non-kritikal wajib 100% bekerja dari rumah. Untuk mengurangi mobilitas masyarakat, aparat keamanan berjaga di ratusan titik. Mereka yang keluar rumah dan diketahui tanpa kepentingan yang penting bin mendesak diminta pulang, balik kanan.
Waktu berlalu, pandemi mulai terkendali. Pemerintah pun memberikan kelonggaran dengan membuka 'keran' aktivitas masyarakat. Mal sudah boleh beroperasi, bahkan hingga pukul 21:00 dan anak di bawah 12 tahun diizinkan nge-mal lagi. Pekerja sudah boleh kembali ke kantor, siswa-siswi pun sebagian sudah boleh ke sekolah untuk Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
Dengan berbagai indikator pandemi yang menunjukkan perbaikan, apakah pemerintah layak untuk lebih melonggarkan aktivitas dan mobilitas masyarakat? Apakah sudah saatnya hidup normal seperti dulu lagi?
Well, pandemi memang sudah terkendali. Namun bukan berarti sudah pergi, risiko untuk kembali mengganas tetap ada.
Apalagi seiring pelonggaran PPKM mobilitas masyarakat terpantau meningkat. Berdasarkan laporan Covid-19 Community Mobility Report keluaran Google, tingkat kunjungan masyarakat Indonesia di lokasi perbelanjaan ritel dan rekreasi pada 28 September 2021 sudah sama seperti masa sebelum pandemi. Sehari sebelumnya bahkan 1% di atas hari-hari biasa.
Sementara mengutip Apple Mobility Index, indeks mobilitas masyarakat Indonesia dengan mengemudi pada 1 Oktober 2021 adalah 150,21. Nilai di atas 100 menandakan mobilitas sudah di atas masa pra-pandemi.
Peningkatan mobilitas masyarakat memang memberi harapan bahwa nadi ekonomi berdegup lagi. Ini tentu berdampak positif, lapangan kerja bakal semakin terbuka sehingga memulihkan kesejahteraan masyarakat yang terpukul luar biasa akibat pandemi.
Namun perlu diingat bahwa virus corona akan lebih mudah menular saat terjadi peningkatan intensitas kontak dan interaksi antar-manusia. Ketika orang-orang sudah tidak lagi #dirumahaja, maka ancaman tertular dan menularkan kepada orang lain akan meningkat.
Oleh karena itu, Presiden Jokowi mengingatkan bahwa risiko serangan gelombang ketiga pandemi virus corona masih ada. Risiko ini bisa menjadi nyata jika masyarakat terlena, euforia dalam merayakan kebebasan, dan abai protokol kesehatan.
Andai besok pemerintah memutuskan untuk lebih melonggarkan PPKM, maka sebaiknya kita tidak perlu menyikapinya secara berlebihan. Silakan beraktivitas di luar rumah, tetapi sewajarnya saja. Tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan, dan segera dapatkan vaksin.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)