Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Indonesia kian terkendali. Apakah sudah saatnya rakyat Indonesia hidup normal lagi?
Kemarin, Kementerian Kesehatan melaporkan pasien positif corona di Indonesia bertambah 1.414 orang. Ini menjadi tambahan kasus positif terendah sejak 13 Juli 2020.
Puncak kasus harian terjadi pada 15 Juli 2021 di mana pasien bertambah 56.757 orang dalam sehari. Jadi dibandingkan kemarin, kasus harian sudah menyusut 97,51%.
Jumlah pasien sembuh pun terus bertambah di atas kasus baru. Kemarin, ada 2.380 orang yang dinyatakan sudah sembuh dari serangan virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut.
Hasilnya, angka kasus aktif terus menurun. Kasus aktif adalah pasien yang masih dalam perawatan, baik di fasilitas kesehatan maupun secara mandiri. Data ini menjadi penting karena menggambarkan seberapa berat beban yang ditanggung oleh sistem pelayanan kesehatan suatu negara.
Per 2 Oktober 2021, jumlah kasus aktif corona di Tanah Air adalah 33.812 orang. Ini adalah yang terendah sejak 7 Juli 2020. Rumah sakit sudah tidak penuh seperti dulu, tidak ada lagi berebut oksigen medis, harga obat-obatan sudah kembali normal
 Sumber: Kemenkes, Worldometer |
Halaman Selanjutnya --> Rantai Penularan Virus Corona Sudah Terputus
Pandemi yang sudah jauh lebih terkendali di Indonesia juga tercermin dari rasio temuan kasus positif terhadap jumlah test atau positivity rate. Kemarin, ada 159.999 orang yang diperiksa dan 1.414 orang di antaranya positif mengidap virus corona. Ini membuat positivity rate harian menjadi 0,88%.
Sebagai informasi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan batas positivity rate maksimal 5% untuk bisa disebut pandemi terkendali. Jadi dengan positivity rate yang terus turun dan kini sudah di bawah 1%, sepertinya klaim bahwa pandemi di Indonesia sudah terkendali bisa dipertanggungjawabkan.
Data lain yang melegakan adalah tingkat reproduksi efektif (Rt) virus corona. Jika Rt masih di atas satu, maka seorang pasien positif masih bisa menulari orang lain. Rantai penularan kian panjang, pandemi sulit dihentikan.
Mengutip catatan Bonza per 3 Oktober 2021 pukul 13:32 WIB, seluruh provinsi di Indonesia sudah memiliki Rt di bawah satu. DKI Jakarta jadi yang tertinggi dengan 0,82 sedangkan terendah di Bengkulu yaitu 0,46. Melihat data ini, rasanya rantai penularan sudah bisa diputus.
 Sumber: Bonza |
Hal ini tidak lepas dari vaksinasi anti-virus corona yang semakin cepat dan luas. Our World ini Data mencatat, vaksin anti-virus corona sudah disuntikkan ke lengan rakyat Ibu Pertiwi berjumlah 164,86 juta dosis per 1 Oktober 2021. Indonesia berada di urutan ke-6 dunia soal kecepatan vaksinasi.
Kini sudah 33,4% populasi Indonesia yang menerima setidaknya vaksin dosis pertama, terbanyak ke-13 di dunia. Sedangkan yang sudah menerima vaksin dalam dosis penuh (dua dosis) adalah 18,7% dari total populasi, ranking 12 dunia.
Halaman Selanjutnya --> Sudah Saatnya Hidup Normal Lagi?
Gara-gara pandemi yang sempat menggila pada Juli 2021 lalu, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terpaksa bertindak tegas. Pemerintah mengumumkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di wilayah Jawa-Bali.
Situasi saat itu begitu mencekam. Mal tutup, restoran dan warung makan hanya melayani takeaway dan delivery, pekerja di sektor non-esensial dan non-kritikal wajib 100% bekerja dari rumah. Untuk mengurangi mobilitas masyarakat, aparat keamanan berjaga di ratusan titik. Mereka yang keluar rumah dan diketahui tanpa kepentingan yang penting bin mendesak diminta pulang, balik kanan.
Waktu berlalu, pandemi mulai terkendali. Pemerintah pun memberikan kelonggaran dengan membuka 'keran' aktivitas masyarakat. Mal sudah boleh beroperasi, bahkan hingga pukul 21:00 dan anak di bawah 12 tahun diizinkan nge-mal lagi. Pekerja sudah boleh kembali ke kantor, siswa-siswi pun sebagian sudah boleh ke sekolah untuk Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
Dengan berbagai indikator pandemi yang menunjukkan perbaikan, apakah pemerintah layak untuk lebih melonggarkan aktivitas dan mobilitas masyarakat? Apakah sudah saatnya hidup normal seperti dulu lagi?
Well, pandemi memang sudah terkendali. Namun bukan berarti sudah pergi, risiko untuk kembali mengganas tetap ada.
Apalagi seiring pelonggaran PPKM mobilitas masyarakat terpantau meningkat. Berdasarkan laporan Covid-19 Community Mobility Report keluaran Google, tingkat kunjungan masyarakat Indonesia di lokasi perbelanjaan ritel dan rekreasi pada 28 September 2021 sudah sama seperti masa sebelum pandemi. Sehari sebelumnya bahkan 1% di atas hari-hari biasa.
Sementara mengutip Apple Mobility Index, indeks mobilitas masyarakat Indonesia dengan mengemudi pada 1 Oktober 2021 adalah 150,21. Nilai di atas 100 menandakan mobilitas sudah di atas masa pra-pandemi.
Peningkatan mobilitas masyarakat memang memberi harapan bahwa nadi ekonomi berdegup lagi. Ini tentu berdampak positif, lapangan kerja bakal semakin terbuka sehingga memulihkan kesejahteraan masyarakat yang terpukul luar biasa akibat pandemi.
Namun perlu diingat bahwa virus corona akan lebih mudah menular saat terjadi peningkatan intensitas kontak dan interaksi antar-manusia. Ketika orang-orang sudah tidak lagi #dirumahaja, maka ancaman tertular dan menularkan kepada orang lain akan meningkat.
Oleh karena itu, Presiden Jokowi mengingatkan bahwa risiko serangan gelombang ketiga pandemi virus corona masih ada. Risiko ini bisa menjadi nyata jika masyarakat terlena, euforia dalam merayakan kebebasan, dan abai protokol kesehatan.
Andai besok pemerintah memutuskan untuk lebih melonggarkan PPKM, maka sebaiknya kita tidak perlu menyikapinya secara berlebihan. Silakan beraktivitas di luar rumah, tetapi sewajarnya saja. Tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan, dan segera dapatkan vaksin.
TIM RISET CNBC INDONESIA