
Perang Dingin Jilid II di Depan Mata, AS-China Makin Tegang

AS kini punya rival yang setara setelah Soviet tutup usia. AS dan China menjadi aktor utama dalam Perang Dingin Jilid II.
Pada masa pemerintahan Presiden Donald Trump, AS jelas-jelas sangat galak kepada China. Trump tidak segan-segan membebankan bea masuk kepada ribuan produk China, yang oleh Beijing dibalas dengan perlakuan serupa. Terciptalah perang dagang AS vs China yang berlangsung sekitar tiga tahun.
Tahun lalu, dunia memasuki masa kegelapan baru gara-gara pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Berawal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China, virus corona menebar teror di hampir seluruh negara. Ratusan juta penduduk dunia jatuh sakit, dan lebih dari 4 juta jiwa melayang gara-gara virus ini.
Trump pun geram, karena AS menjadi negara dengan pasien positif terbanyak di dunia. Saking marahnya, Trump menyebut Covid-19 sebagai virus China.
"Sejak awal, saya selalu memperlakukan virus China ini dengan serius. Kita telah melakukan kerja yang baik sedari awal, termasuk keputusan saya untuk menutup pintu perbatasan untuk warga China," cuit Trump di Twittwe pada 18 Maret tahun lalu.
Gesekan AS-China pun terjadi di Laut China Selatan. China dengan klaim Sembilan Garis Putus (Nine Dash Line) menilai bahwa sebagian besar wilayah Laut China Selatan adalah milik mereka. Ini berdasar dari peta kuno yang menunjukkan jalur nelayan pada masa lalu.
Padahal klaim China itu menyinggung teritori banyak negara. Wilayah Taiwan, Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam, hingga Indonesia tersenggol oleh klaim China.
Sebagi polisi dunia, AS tidak diam. Negeri Paman Sam ikut menerjunkan pasukan di Laut China Selatan.
"Kami akan melawan, jika dibutuhkan, kala China menggunakan koersi dan agresi," tegas Anthony Blinken, Menteri Luar Negeri AS, pada sebuah kesempatan Maret lalu, seperti dikutip dari Reuters.
Halaman Selanjutnya --> Siapa Menang Perang Dingin Jilid II?
(aji)