Internasional
TikTok Bikin AS & China Gontok-gontokan, Ini Penyebabnya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa hari terakhir, kekhawatiran Amerika Serikat terhadap gangguan keamanannya dari aplikasi TikTok semakin menjadi-jadi. Presiden AS, Joe Biden pekan lalu bahkan mengancam akan memblokir permanen aplikasi tersebut.
TikTok sendiri dimiliki oleh perusahaan China. Namun, popularitasnya di antara orang-orang Amerika semakin meluas dari waktu ke waktu sebagai sarana untuk membagikan video tarian hingga cara berdandan.
Di luar itu, pemerintah dan legislator AS khawatir bahwa data pengguna TikTok di AS dapat diteruskan ke pemerintah China. Ini mereka anggap akan mengganggu sistem keamanan nasionalnya.
Lalu, apa yang menyebabkan pemerintah AS sangat khawatir terhadap aplikasi tersebut. Berikut sejumlah alasannya yang telah dimuat channelnewsasia.com (CNA):
1. Paling Lama Digunakan Orang Dewasa AS
TikTok sebetulnya platform media sosial yang serupa dengan yang dimiliki AS, seperti YouTube, Facebook, dan Instagram. Aplikasi ini sama-sama mengumpulkan semua jenis data tentang setiap pengguna melalui algoritma.
Namun, TikTok dipandang berpotensi paling canggih, dan luar biasa efektif dalam mempelajari minat Anda. Bahkan ada ungkapan kolom "Untuk Anda" TikTok mengenal Anda lebih baik daripada diri Anda sendiri.
Apalagi, pengguna TikTok dewasa di Amerika menghabiskan rata-rata 56 menit sehari di aplikasi tersebut, jauh lebih banyak daripada di Facebook atau Instagram, menurut peneliti Insider Intelligence.
2. Dijadikan Alat Pemerintah China Untuk Mengambil Data AS
Kekhawatiran AS terhadap TikTok yang dijadikan China untuk mengumpulkan data-data dari negaranya masih berupa hipotesis belaka. Pemerintah China mereka yakini menggunakan pengaruhnya terhadap ByteDance untuk mengubah TikTok menjadi alat yang merugikan kepentingan Amerika.
Ini didasari atas sistem TikTok yang mampu mempelajari alamat protokol internet (IP) unik komputer Anda serta mampu memperoleh data lokasi persis Anda dan siapa yang ada di daftar kontak Anda jika diizinkan penggunanya.
Senator Marco Rubio dari Florida dan Perwakilan Mike Gallagher dari Wisconsin dari Partai Republik berpendapat, ini akan mampu mereka manfaatkan untuk "mengembangkan profil jutaan orang Amerika" yang dapat digunakan untuk memeras mereka.
Selain itu, dugaan sebagai alat spionase juga bergulir, terutama selama masa pemerintahan Presiden Donald Trump pada 2020. Saat itu mereka beranggapan bahwa China dapat menggunakan data TikTok untuk "melacak lokasi karyawan dan pegawai pemerintahan federal" serta untuk "melakukan spionase perusahaan".
Terakhir, dianggap bisa mempengaruhi operasi strategis. Pejabat keamanan nasional AS khawatir TikTok dapat mencoba membentuk opini publik AS dengan menekan atau mempromosikan video tertentu secara strategis.
3. Adanya Bukti Pemanfaatan Data
Pada Desember, kepala eksekutif ByteDance dan TikTok mengakui bahwa karyawan ByteDance telah mengakses alamat IP pengguna Amerika secara tidak tepat, termasuk jurnalis yang menulis cerita kritis tentang perusahaan.
Tapi, CEO TikTok Chew Shou Zi menegaskan, perusahaannya bukan merupakan agen dari pemerintahan China ataupun pemerintahan manapun meski aplikasi tersebut dibuat oleh orang-orang China.
"Izinkan saya menyatakan ini dengan tegas: ByteDance bukan agen China atau negara lain manapun," kata Chew dalam sambutan yang disiapkan untuk disampaikan pada Kamis (23/3) di sidang Kongres AS.
4. Negara Lain Telah Lebih Dulu Melarang TikTok
India pada 2020 melarang penggunaan TikTok dan lusinan aplikasi lain yang dikembangkan oleh perusahaan China. Langkah itu dilakukan beberapa hari setelah sengketa perbatasan antara India dan China yang menewaskan 20 tentara India.
AS telah melarang pengunduhan atau penggunaan TikTok di perangkat pemerintah federal, begitu pula Inggris, Kanada, Belgia, dan Taiwan. Beberapa di antaranya berlaku untuk jaringan WiFi kampus universitas negeri.
[Gambas:Video CNBC]
Hasil Terbaru Pemilu Sela AS, Partai Trump Batal Menang Senat
(mij/mij)