Internasional

AS Terancam Terlilit Utang Rp15.609 T, Ini Biang Keroknya

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
15 February 2024 19:20
Demonstrators rally outside the White House in support of Palestinians in Gaza, amid the ongoing conflict between Israel and Hamas, in Washington, U.S., November 4, 2023. REUTERS/Elizabeth Frantz
Foto: REUTERS/ELIZABETH FRANTZ

Jakarta, CNBC Indonesia - Membengkaknya utang nasional dan biaya pembayaran bunga dapat menjadi ancaman terhadap perekonomian Amerika Serikat (AS). Hal ini diperingatkan oleh Direktur Kantor Anggaran Kongres non-partisan (CBO) AS, Phillip Swagel.

"Meningkatnya biaya bunga akan menghalangi penggunaan sumber daya pemerintah lainnya, dan kemudian juga menimbulkan risiko terhadap stabilitas ekonomi kita dalam dekade mendatang," kata Swagel kepada anggota parlemen DPR dalam sidang di Capitol Hill pada Rabu waktu setempat, seperti dikutip CNBC International, Kamis (15/2/2024).

Kesaksian Swagel berpusat pada laporan tengah tahunan CBO mengenai anggaran federal dan perekonomian, yang dirilis pada 7 Februari 2024 lalu. Laporan CBO memproyeksikan bahwa defisit anggaran tahunan AS akan meningkat sekitar US$1 triliun atau sekitar Rp15.609 triliun selama 10 tahun ke depan.

Defisit, yang diperkirakan berjumlah US$1,6 triliun (Rp24.975 triliun pada tahun fiskal 2024, akan meningkat menjadi US$2,6 triliun (Rp40.585 triliun pada tahun 2034. Laporan tersebut juga memperkirakan bahwa net interest sebagai persentase dari produk domestik bruto (PDB) akan melampaui belanja diskresi non-pertahanan pada tahun 2024, dan ini juga akan meningkat menjadi 3,9% dalam 10 tahun.

Swagel juga mengatakan suku bunga yang tinggi, populasi yang menua, dan pertumbuhan biaya perawatan kesehatan federal berkontribusi terhadap meningkatnya utang nasional. Utang sendiri diperkirakan akan meningkat hingga mencapai rekor 116% dari PDB pada akhir tahun 2034.

"Berdasarkan undang-undang saat ini, tidak akan ada cukup sumber daya untuk membayar manfaat jaminan sosial yang dijanjikan, dalam 10 tahun," kata Swagel.

Dilanjutkan Swagel, temuan utama dari laporan terbaru ini adalah dampak kenaikan imigrasi yang diperkirakan berdampak terhadap perekonomian AS. Imigrasi, tegasnya, menambah beban perekonomian AS.

"Angkatan kerja kita akan lebih tinggi, itu berarti pendapatan kita akan lebih tinggi, output kita akan lebih tinggi dan pada gilirannya akan menghasilkan tambahan pendapatan pajak," kata Swagel lagi seraya menyinggung bagaimana imigran baru biasanya masuk ke industri dengan produktivitas lebih rendah sehingga rata-rata dapat mengakibatkan upah yang lebih rendah.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Negara Kaya, AS Mau Pinjam Duit Rp 12.300 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular