Drama Taliban: Mesra Dengan China & "Diserang" Iran-Turki

Monica Wareza, CNBC Indonesia
12 September 2021 09:05
Pasukan Taliban. (via REUTERS/WANA NEWS AGENCY)
Foto: Pasukan Taliban. (via REUTERS/WANA NEWS AGENCY)

Ketika barat mencoba menekan perilaku Taliban dengan mempersulit akses keuangannya, sebaliknya China memutuskan untuk memberikan bantuan dana sebesar US$ 31 juta atau setara Rp 442 miliar kepada negara ini.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China Hua Chunyin menyebut bahwa bantuan itu berupa makanan, pasokan musim dingin, obat-obatan dan vaksin virus corona

"Untuk penggunaan darurat bagi rakyat Afghanistan," kata Hua Chunyin dalam sebuah pernyataan di forum pertemuan Menlu negara tetangga Afghanistan pekan ini.

Terdapat tiga hal dasar yang membuat negara pimpinan Presiden Xi Jinping itu mau bekerjasama dengan Taliban yang notabenenya banyak mendapatkan kecaman dunia.

Pertama, menyangkut keamanan Jalur OBOR dan Xinjiang. China dikabarkan sedang mencoba untuk mengamankan jalur dagang barunya, One Belt One Road (OBOR) dan juga Xinjiang.

Dengan posisi negara Afghanistan, diperkirakan negara ini akan sangat penting karena berbagi perbatasan dengan Pakistan yang merupakan partner China dalam pembangunan ini.

Sementara, dengan posisinya yang berbatasan langsung dengan Xinjiang, China diperkirakan tidak ingin Xinjian bekerjasama dengan Taliban.

"China tertarik pada keterlibatan ekonomi di Afghanistan dan perluasan Sabuk dan Jalannya, termasuk rekonstruksi dan investasi dalam sumber daya mineral yang belum dimanfaatkan dari negara yang terkurung daratan itu," sebut Ekta Raghuwanshi, analis Stratfor Asia Selatan untuk RANE.

Kedua, terkait sanksi AS. Dengan Afghanistan telah diberi sanksi oleh Amerika, China merasa penting untuk memiliki hubungan dengan kelompok itu dalam melawan hegemoni AS.

Langkah seperti ini telah dilakukan Beijing berulang-ulang. Sebelumnya, China memutuskan untuk membeli minyak Iran meski Negeri Persia itu terjerat sanksi yang diterapkan Washington.

"Setiap kesepakatan yang ditandatangani dengan Taliban menghadapi risiko politik dan sanksi yang jelas," kata Jonathan Wood, wakil direktur penelitian global di Control Risks.

Ketiga, pembangunan infrastruktur. China dinilai memiliki ketertarikan dalam membangun akses infrastruktur di Afghanistan. Bila terjadi, ini akan menjadi akses baru bagi proyek OBOR yang akan menghubungkan China dengan Timur Tengah.

Infrastruktur ini dinilai akan dapat memberikan akses kepada sumber daya alam di negara ini.

Dikabarkan Afghanistan memiliki banyak sumber daya alam yang belum dieksploitasi seperti tembaga, batu bara, kobalt, merkuri, emas, dan lithium. Tak tanggung-tanggung, sumber daya alam itu ditaksir senilai lebih dari US$ 1 triliun.

Namun demikian, beberapa analis masih meragukan komitmen China akan hal ini. Pasalnya kondisi dan situasi Afghanistan masih cukup tidak aman dan korup.

Sebelumnya, pada 2008 sebuah konsorsium perusahaan China mengambil sewa 30 tahun untuk proyek tembaga terbesar di Afghanistan, yang disebut Mes Aynak. Hingga saat ini, proyek itu belum memunculkan progres yang signifikan.

"Infrastruktur terbatas Afghanistan, listrik, jalan raya, rel, medan yang sulit, dan geografi yang terkurung daratan, akan terus menghambat pengembangan sumber daya alam," kata analis Stratford Wood.



(roy/roy)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular