9 Negara Mulai Komunikasi dengan Taliban, Ini Daftarnya

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
05 September 2021 15:42
Demonstran memegang bendera Afghanistan, selama protes di Parliament Square, London, Rabu, 18 Agustus 2021. Pemerintah Inggris mengatakan pihaknya berencana untuk menerima 5.000 pengungsi Afghanistan tahun ini, terutama wanita dan anak-anak, sebagai tanggapan atas perebutan kekuasaan oleh Taliban. (AP Photo/Alberto Pezzali)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kelompok Taliban telah berhasil menguasai Afghanistan. Taliban disebut memenangkan serangan kilat di negara itu, saat pasukan pemerintah "runtuh" tanpa dukungan militer pimpinan Amerika Serikat (AS).

AS sendiri secara perlahan memang mulai menarik pasukannya dari wilayah Asia Tengah itu. Presiden AS Joe Biden menilai bahwa Washington telah terlibat sebuah perang tanpa akhir yang memakan banyak dana.

Penarikan AS dan sekutunya dari Afghanistan rupanya telah membawa Taliban dalam satu manuver politik baru. Kelompok itu saat ini mulai bermanuver untuk mencari dukungan demi pengakuan internasional dan pembangunan Afghanistan.

Lalu siapa saja negara yang sudah mulai berkomunikasi intens dengan Taliban, berikut daftarnya :

1. China

China sendiri diketahui sudah mengadakan komunikasi intens dengan Taliban. Bahkan pemerintah pimpinan Presiden Xi Jinping itu baru saja mengajak Taliban dalam sebuah momen pertemuan pada 28 Juli lalu. Dalam pertemuan itu, China mengatakan kepada delegasi Taliban bahwa mereka berharap kelompok tersebut dapat memainkan peran penting dalam mengakhiri perang Afghanistan dan membangun kembali negara itu dari kekacauan.

Hal ini terkesan cukup aneh mengingat pertemuan itu sangat bertolak belakang dengan sikap China sebelumnya. China menganggap Taliban sebagai ancaman besar karena Beijing menuduh kelompok itu berada dibalik ekstremisme yang terjadi di Xinjiang.

Sebagian analis menilai bahwa China memiliki kepentingan ekonomi yang cukup besar di Afghanistan. Menurut perkiraan, Afghanistan memiliki cadangan sumber daya alam terbesar di dunia yang belum dieksploitasi seperti tembaga, batu bara, kobalt, merkuri, emas, dan lithium, senilai lebih dari US$ 1 triliun.

Selain itu, pengamat isu-isu internasional dan Timur Tengah, Pizaro Gozali Idrus, menyebut bahwa selain kekayaan alam, Beijing merupakan investor asing terbesar di negara tersebut bersaing dengan India. Oleh karena itu, stabilitas Afghanistan adalah kunci keberhasilan proyek-proyek utama China di Asia Selatan dan Tengah. Ini juga nantinya akan menjadi katalis baik bagi pembangunan di negara itu.

"Koridor Ekonomi China-Pakistan adalah proyek unggulan China di kawasan itu dan kedua negara ingin melibatkan Afghanistan melalui jalur jalan raya dan kereta api. Oleh karena itu, China bersama Pakistan menekan koridor ekonomi (CPEC) yang merupakan bagian dari Belt Road Iniative (BRI). Inisiatif ini dibentuk sejak tahun 2013," jelasnya.

2. Rusia

Dengan Rusia, negeri Beruang Merah juga memiliki kepentingan besar di negara itu. Pendahulu Rusia, Uni Soviet, bahkan melakukan penjajahan di negara itu dari tahun 1979 hingga 1989. Penjajahan ini sempat memberikan ruang bagi berkembangnya kelompok militan Islam seperti Taliban dan Al Qaeda.

Saat ini, negeri pimpinan Presiden Vladimir Putin itu dikabarkan serius untuk menarik Afghanistan bergabung dalam blok perdagangannya yang dinamakan Eurasian Economic Union. Bahkan dalam situasi kemenangan Taliban ini Moskow dilaporkan berharap untuk membangun hubungan persahabatan antara Moskow dan kepemimpinan baru Afghanistan.

"Ini bukan hanya harapan saya. Saya yakin tentang ini. Kami akan membangun hubungan dengan mengandalkan materi yang telah kami kumpulkan selama bertahun-tahun," kata direktur Departemen Asia Kedua Kementerian Luar Negeri Rusia, Zamir Kabulov kepada TASS.

Meski begitu, Rusia seperti lebih berhati-hati dengan Taliban. Baru-baru ini Moskow memerintahkan agar warga dan staf kedutaannya di negara itu dipulangkan kembali ke Rusia.

3. Turki

Taliban juga diketahui intens berkomunikasi dengan Turki. Bahkan Taliban disebut pernah meminta peranan negara pimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan itu dalam proses keamanan dan stabilisasi di wilayah itu.

"Kami terus berdialog dengan semua pihak, termasuk Taliban," kata Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu.

Turki yang menerjunkan sekitar 600 tentara di Afghanistan juga akan membahas keamanan bandara dan transisi di Afghanistan dengan Amerika Serikat dan lainnya. Diketahui tentara Erdogan di negara itu memang bertugas dalam pengamanan bandara.

Sementara itu Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan bahwa kelompok itu mencari hubungan baik dengan Turki mengingat Turki merupakan negara mayoritas Muslim yang cukup berpengaruh.

"Kami menginginkan hubungan baik dengan Turki, pemerintah Turki, dan orang-orang Muslim di negara Turki," kata Mujahid.

4. Qatar

Qatar menjadi salah satu negara yang memberikan dukungan dalam proses perdamaian Afghanistan. Selama konflik antara Taliban dan pemerintah Afghanistan, banyak dari petinggi Taliban yang pergi ke negara itu. Bahkan Qatar selalu menjadi penghubung antara Taliban dan negara-negara Barat.

Qatar sendiri juga pernah menjadi tuan rumah perdamaian antara Taliban dan Amerika Serikat (AS) yang menelurkan poin penarikan pasukan AS dari Afghanistan. Selain itu, Qatar juga menjadi markas dari pasukan AS di Timur Tengah.

Akhir-akhir ini, Qatar terus bersuara mengenai kondisi di Afghanistan. Negara itu diketahui terus menerus membantu evakuasi warga dan juga bantuan bagi warga yang masih berada di Afghanistan.

Terbaru negara pimpinan keluarga Al Thani itu meminta Taliban agar mau kooperatif dalam kehadiran pasukan asing di bandara Kabul. Hal ini diminta mengingat bantuan keamanan dari pasukan asing akan mampu membantu perdamaian dan stabilitas negara itu.

"Apa yang kami coba jelaskan kepada mereka adalah bahwa keselamatan dan keamanan bandara membutuhkan lebih dari sekadar mengamankan perimeter bandara," ujar Menlu Qatar, Syekh Muhammad bin Abdulrahman al-Thani dikutip Financial Times, Selasa (31/8/2021).

5. Inggris

Meski sempat bersama AS menurunkan pasukannya dalam misi NATO di Afghanistan, negeri Ratu Elizabeth ini mulai mengutarakan intensinya untuk berkomunikasi dengan Taliban. Hal ini diungkapkan Menlu Inggris Dominic Raab.

"Pendekatan yang kami ambil adalah kami tidak mengakui Taliban sebagai sebuah pemerintahan," katanya di sela-sela kunjungannya ke Pakistan sebagaimana diwartakan Reuters (3/9/2021)

"Kami melihat pentingnya untuk dapat terlibat dan memiliki jalur komunikasi langsung."

Tak hanya itu, Raab juga mengapresiasi kelompok Taliban atas pernyataan mereka dalam isu seperti Hak Asasi Manusia belakangan ini. Namun tindak lanjut ucapan itu menurut Raab harus terbukti.

"Taliban telah melakukan serangkaian upaya - beberapa di antaranya positif pada tingkat kata-kata. Kita perlu menguji mereka dan melihat apakah ini diterjemahkan ke dalam perbuatan," tambah Raab.

6. Jerman

Jerman merupakan negara Uni Eropa (UE) pertama yang menyatakan siap untuk membuka kembali hubungan diplomatik dengan Afghanistan pimpinan Taliban. Hal ini diungkapkan Menlu Heiko Maas dalam sebuah pertemuan UE di Slovenia yang membahas agenda situasi Afghanistan.

"Kami ingin melihat pemerintah yang inklusif (di Kabul), penghormatan terhadap hak asasi manusia dan perempuan yang mendasar dan Afghanistan tidak boleh lagi menjadi tempat berkembang biak bagi terorisme internasional," kata Maas.

"Jika persyaratan ini dipenuhi, dan situasi keamanan memungkinkan, kami siap untuk melanjutkan kehadiran diplomatik di Kabul," katanya.

Maas menambahkan bahwa ini adalah sebuah realita yang harus dihadapi seluruh negara. Diharapkan dengan adanya komunikasi dengan Taliban maka situasi Afghanistan akan lebih kondusif.

"Ada kenyataan baru di Afghanistan, suka atau tidak suka," tambah Maas.

"Kami tidak punya waktu untuk menjilat luka kami. Jika UE ingin memainkan peran, yang seharusnya dilakukan, kami harus bertindak cepat dan sangat cepat menemukan posisi bersama di Afghanistan."

7. Pakistan

Pakistan juga nyatanya aktif dalam berhubungan dengan Taliban. Bahkan negara tetangga Afghanistan itu juga dilaporkan mau untuk membantu perdamaian di negara itu.

Terbaru, Letnan Jenderal Faiz Hameed, direktur jenderal Intelijen Pakistan ISI, dilaporkan telah tiba di Kabul pada Sabtu (4/9/2021) untuk menemui perwakilan Taliban. Dalam pertemuan itu, Faiz dikabarkan berdiskusi soal keamanan negara itu.

8. India

India juga dikabarkan sedang membuka hubungan dengan Taliban. Pembicaraan awal antara kedua pihak dilakukan pada akhir Agustus lalu antara Duta Besar India untuk Qatar, Deepak Mittal dan Kepala Kantor Politik Taliban di Doha, Sher Mohammad Abbas Stanekzai.

Pertemuan itu dilaporkan merupakan inisiasi dari Taliban. Stanekzai menyebut bahwa pihaknya ingin menjalin hubungan diplomatik dengan India mengingat besarnya pengaruh New Delhi di negara itu.

India diketahui telah menanamkan modal lebih dari US$3 miliar atau sekitar Rp42,8 triliun untuk pembangunan infrastruktur di Afghanistan. New Delhi juga menjalin hubungan yang dekat dengan pemerintah Afghanistan yang digulingkan.

Namun, kemajuan Taliban yang begitu pesat hingga mampu menguasai Afghanistan dalam waktu yang relatif singkat membuat India dikritik lantaran tidak mencoba membuka komunikasi dengan kelompok itu.

9. Indonesia

Indonesia melalui Menlu Retno Marsudi juga telah mengadakan pembicaraan langsung dengan Taliban di Qatar pada akhir Agustus lalu. Retno menyebut dalam pertemuan itu Indonesia meminta Taliban segera membentuk pemerintahan yang inklusif bagi seluruh warga Afghanistan.

"Tantangan utama Taliban saat ini adalah bagaimana membentuk pemerintahan inklusif secepat mungkin. Dari pembicaraan dengan Taliban yang saya lakukan di Doha tanggal 26 Agustus yang lalu, Taliban menyampaikan komitmen untuk berusaha keras membentuk pemerintahan inklusif," ujar Menlu yang juga mantan dubes RI di Belanda itu.

Kemudian, Retno menambahkan bahwa Taliban sudah melakukan penunjukan terhadap pejabat sementara untuk posisi-posisi krusial di kabinet. Ini agar proses stabilisasi berjalan lebih cepat.

"Upaya ini dinilai akan mengurangi risiko instabilitas domestik dan dinilai akan memudahkan Taliban dalam melakukan engagement dengan dunia luar. Taliban mengatakan, sambil terus berupaya membentuk pemerintahan inklusif mengingat adanya kebutuhan mendesak, maka telah dilakukan penunjukan penjabat sementara," tambahnya.

"Yaitu posisi Menhan, Mendagri, Menkeu, pendidikan tinggi pendidikan intelijen, gubernur Bank Sentral, Gubernur Kabul, dan Walikota Kabul. Mereka mengatakan penunjukan itu sifatnya sementara."

Terakhir, Retno menyebut bahwa Indonesia juga meminta beberapa hal kepada Taliban. Ini berkaitan dengan perlindungan Hak Asasi Manusia dan juga stabilitas serta keamanan,

"Saya menyampaikan kepada Taliban pentingnya: pemerintah inklusif di Afghanistan, menghormati hak-hak perempuan, memastikan Afghanistan tidak menjadi tempat berkembang organisasi dan kegiatan teroris."

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular