Internasional

AS Pergi, Taliban 'Pepet' 4 Negara Ini Kerja Sama

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
01 September 2021 08:03
Upacara 100 Tahun Partaoi Komunis Tiongkok
Foto: Helikopter terbang di atas bendera Tiongkok di Lapangan Tiananmen dalam formasi

1. China

China sendiri diketahui sudah mengadakan komunikasi intens dengan Taliban. Bahkan pemerintah pimpinan Presiden Xi Jinping itu mengajak Taliban bertemu, ketika pemerintahan Presiden Ashraf Ghani saat itu masih berkuasa.

Ini terjadi 28 Juli lalu. Dalam pertemuan itu, China mengatakan kepada delegasi Taliban bahwa mereka berharap kelompok tersebut dapat memainkan peran penting dalam mengakhiri perang Afghanistan dan membangun kembali negara itu dari kekacauan.

Sebagian analis menilai bahwa China memiliki kepentingan ekonomi yang cukup besar di Afghanistan. Menurut perkiraan, Afghanistan memiliki cadangan sumber daya alam terbesar di dunia yang belum dieksploitasi seperti tembaga, batu bara, kobalt, merkuri, emas, dan lithium, senilai lebih dari US$ 1 triliun.

Selain itu, pengamat isu-isu internasional dan Timur Tengah, Pizaro Gozali Idrus, menyebut bahwa selain kekayaan alam, Beijing merupakan investor asing terbesar di negara tersebut bersaing dengan India. Oleh karena itu, stabilitas Afghanistan adalah kunci keberhasilan proyek-proyek utama China di Asia Selatan dan Tengah. Ini juga nantinya akan menjadi katalis baik bagi pembangunan di negara itu.

"Koridor Ekonomi China-Pakistan adalah proyek unggulan China di kawasan itu dan kedua negara ingin melibatkan Afghanistan melalui jalur jalan raya dan kereta api. Oleh karena itu, China bersama Pakistan menekan koridor ekonomi (CPEC) yang merupakan bagian dari Belt Road Iniative (BRI). Inisiatif ini dibentuk sejak tahun 2013," jelasnya.

2. Rusia

Taliban juga disebut 'mesra' dengan Rusia. Presiden Vladimir Putin bahkan sempat dikabarkan serius untuk menarik Afghanistan yang dikuasai Taliban bergabung dalam blok perdagangannya yang dinamakan Eurasian Economic Union.

"Saya yakin tentang ini. Kami akan membangun hubungan dengan mengandalkan materi yang telah kami kumpulkan selama bertahun-tahun," kata Direktur Departemen Asia Kedua Kementerian Luar Negeri Rusia, Zamir Kabulov kepada TASS.

Meski begitu, Rusia disebut tetap berhati-hati dengan Taliban. Baru-baru ini Moskow memerintahkan agar warga dan staf kedutaannya di negara itu dipulangkan kembali ke Rusia karena situasi yang tidak kondusif.

Halaman 3>>

(sef/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular