
Di Balik Rencana RI Setop Ekspor Gas, Pasokan Gas Melimpah!

Sekretaris SKK Migas Taslim Z. Yunus mengatakan, pada 2030 akan terjadi kelebihan pasokan gas. Hal ini dikarenakan beberapa proyek gas besar mulai beroperasi pada pertengahan dekade mendatang.
Beberapa proyek gas besar tersebut antara lain proyek gas laut dalam Indonesia Deepwater Development (IDD) di lepas pantai Kalimantan Timur, lalu proyek gas raksasa Masela di Maluku sekitar 2027.
Namun di sisi lain, dari sisi calon pembeli, menurutnya sejauh ini belum ada kejelasan calon pembeli dari proyek-proyek gas besar tersebut.
"Sampai hari ini isinya adalah gas, kita bersyukur bahwa dalam sisi energi kita punya banyak sekali gas, dari Masela, Natuna, masih belum ada pembelinya, ini kesempatan bagus, kita banyak gas yang belum ada market-nya," tuturnya.
Lebih lanjut dia mengatakan dari sisi pembeli potensial di dalam negeri, menurutnya berdasarkan kontrak yang ada, diperkirakan Indonesia masih belum membutuhkan gas dalam jumlah besar selama 2021 sampai 2030.
"Sebenarnya dari tahun 2021-2030 karena ini berdasarkan kontrak yang ada, sehingga dari sisi demand-nya gak kelihatan bahwa kita butuhkan gas yang besar," tuturnya.
Pertumbuhan pemanfaatan gas di dalam negeri sejak 2012 sampai saat ini menurutnya rata-rata hanya mencapai 1% per tahun. Di sisi lain, ekspor juga mengalami penurunan cukup drastis.
"Diharapkan konsumsi di dalam negeri bisa dinaikkan lagi. Pertumbuhan penggunaan gas lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional 4-5% per tahun," ucapnya.
Proyeksi jangka panjang untuk gas RI menurutnya selisih antara suplai dan permintaan akan semakin jauh. Jika tidak ada ekspor, maka menurutnya ini akan menjadi kurang menarik bagi investor untuk melakukan eksplorasi di Indonesia.
"Secara long term jauh, gap supply dan demand, kalau gak ekspor, kurang menarik investor eksplorasi di Indonesia ini," lanjutnya.
(wia)[Gambas:Video CNBC]
