Gas RI Bakal Tumpah Ruah di 2030 lho, Siapa Mau Beli?
Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan akan terjadi kelebihan pasokan gas pada 2030 mendatang.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris SKK Migas Taslim Z. Yunus.
Dia mengatakan, perkiraan kelebihan pasokan gas ini dikarenakan beberapa proyek gas besar mulai beroperasi pada pertengahan dekade mendatang, antara lain proyek gas laut dalam Indonesia Deepwater Development (IDD) di lepas pantai Kalimantan Timur, lalu proyek gas raksasa Masela di Maluku sekitar 2027.
Namun di sisi lain, dari sisi calon pembeli, menurutnya sejauh ini belum ada kejelasan calon pembeli dari proyek-proyek gas besar tersebut.
"Sampai hari ini isinya adalah gas, kita bersyukur bahwa dalam sisi energi kita punya banyak sekali gas, dari Masela, Natuna, masih belum ada pembelinya, ini kesempatan bagus, kita banyak gas yang belum ada market-nya," tuturnya dalam acara 'DETalks - Penggunaan Gas Bumi Menuju Transisi Energi', Selasa (24/08/2021).
Dari sisi pembeli potensial di dalam negeri, menurutnya berdasarkan kontrak yang ada, diperkirakan Indonesia masih belum membutuhkan gas dalam jumlah besar selama 2021 sampai 2030.
"Sebenarnya dari tahun 2021-2030 karena ini berdasarkan kontrak yang ada, sehingga dari sisi demand-nya gak kelihatan bahwa kita butuhkan gas yang besar," tuturnya.
Pertumbuhan pemanfaatan gas di dalam negeri sejak 2012 sampai saat ini menurutnya rata-rata hanya mencapai 1% per tahun. Di sisi lain, ekspor juga mengalami penurunan cukup drastis.
"Diharapkan konsumsi di dalam negeri bisa dinaikkan lagi. Pertumbuhan penggunaan gas lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional 4-5% per tahun," ucapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, secara jangka panjang, selisih antara suplai dan permintaan akan jauh. Jika tidak ada ekspor, maka menurutnya ini akan menjadi kurang menarik bagi investor untuk melakukan eksplorasi di Indonesia.
"Secara long term jauh, gap supply dan demand, kalau gak ekspor, kurang menarik investor eksplorasi di Indonesia ini," lanjutnya.
Taslim mengatakan Indonesia punya cekungan migas yang besar, sampai saat ini mayoritas produksi dari cekungan tersebut adalah gas, dibandingkan minyak.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto menuturkan bahwa RI memiliki target untuk tidak lagi ekspor gas pada 2036 mendatang.
Die mengatakan, ekspor gas dalam 10 tahun terakhir ini menunjukkan tren penurunan. Sementara porsi permintaan domestik terus meningkat.
Porsi gas untuk kebutuhan domestik pada 2015 sebesar 61% dari total produksi gas nasional. Kemudian naik lagi menjadi 64% pada 2019. Artinya, imbuhnya, ekspor gas bisa semakin ditekan.
Begitu juga dengan ke depannya, menurutnya ekspor gas ditargetkan akan terus menurun hingga pada 2036 bisa mencapai 0% alias semua pasokan gas sudah bisa diserap di dalam negeri dan tak lagi perlu ekspor.
"Ada pun di tahun 2036 kita sudah akan menghentikan ekspor gas nol, kita manfaatkan dalam negeri di tahun 2036," papar Djoko.
(wia)