
Simak! 4 Dampak Terbesar di Balik Taliban Kuasai Afghanistan

Ketiga, Afghanistan yang diperintah Taliban mungkin membuat Pakistan tidak stabil. Inter-Services Intelligence Pakistan (IS) yang setara dengan CIA-nya AS secara luas diyakini telah membantu mendorong Taliban sebelum pengambilalihan gerakan keagamaan tahun 1996 di Afghanistan.
Militer Pakistan, khususnya, telah lama memandang Afghanistan secara ideologis dan religius sebagai benteng yang diperlukan untuk melawan saingan tradisionalnya, India.
Tapi perbatasan Pakistan yang panjang dengan Afghanistan telah membawa masalah yang sama besarnya dengan persaudaraan, di mana selama bertahun-tahun, Pakistan menampung puluhan ribu pengungsi Afghanistan di kamp-kamp perbatasan seperti Jalozai, menempatkan tekanan keuangan dan politik pada suksesi pemerintahan yang goyah di Islamabad.
Taliban di Afghanistan membantu menginspirasi gerakan Tehrik-i-Taliban Pakistan yang mematikan, yang lebih dikenal sebagai Taliban Pakistan. Pemimpin kedua kelompok dilaporkan berselisih.
"Jika ada pemerintahan Taliban di Afghanistan, tentu itu akan membuat [Taliban Pakistan] berani," kata Madiha Afzal dari Brookings Institution. Dia juga menjadi rekan David M. Rubenstein, pejabat AS sekaligus miliarder.
Haqqani, mantan duta besar yang sekarang menjadi direktur untuk Asia Selatan dan Tengah di Hudson Institute, menulis di Foreign Affairs bahwa ekstremisme Islam telah memecah masyarakat Pakistan menjadi garis sektarian, dan naiknya Islamis Afghanistan di negara sebelah hanya akan menguatkan tingkat radikal di dalam negeri.
Keempat, China bisa mendapatkan pijakan di kawasan itu. Sementara taktik brutal Taliban di Afghanistan tampaknya tidak banyak berubah sejak tahun 1990-an. Di mana dalam beberapa pekan terakhir, para pemimpinnya telah berada dalam tekanan penuh untuk mendapatkan sekutu dan pengaruh di luar negeri.
Terakhir kali Taliban berkuasa, mereka mengubah Afghanistan menjadi negara yang terisolasi dari seluruh dunia, kecuali Pakistan, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab, satu-satunya pemerintah yang mau mengakui mereka.
Namun dalam beberapa pekan terakhir, para pemimpin tinggi Taliban telah melakukan tur internasional, mengunjungi Iran, Rusia dan China.
China dilaporkan telah menjanjikan investasi besar dalam proyek energi dan infrastruktur, termasuk pembangunan jaringan jalan di Afghanistan dan juga mengincar deposit mineral tanah yang luas dan belum dimanfaatkan di negara itu.
Beijing dilaporkan sudah bersiap untuk secara resmi mengakui Taliban sebelum kelompok itu menguasai negara itu.
"Taliban berkampanye untuk mengamankan legitimasi di mata negara-negara regional dan mungkin negara-negara di Teluk Persia," demikian disampaikan Laurel Miller, direktur program untuk Asia di International Crisis Group.
[Gambas:Video CNBC]