
Simak! 4 Dampak Terbesar di Balik Taliban Kuasai Afghanistan

Jakarta, CNBC Indonesia - Penampakan helikopter yang sibuk melakukan evakuasi orang Amerika Serikat dari Kabul, ibu kota dan kota terbesar di Afghanistan, ketika Taliban menduduki wilayah wilayah tersebut sebetulnya mirip dengan pemandangan saat jatuhnya Saigon (kini Kota Ho Chi Minh) tahun 1975 setelah penarikan tentara AS dari Vietnam.
Pasukan Afghanistan yang dilatih AS tampaknya sudah tak mampu menghadapi dorongan pasukan Taliban.
Sebab itu, nama-nama dan tempat-tempat yang menjadi akrab bagi orang Amerika selama keterlibatan panjang negara tersebut di sana, termasuk Kunduz dan Kandahar, jatuh seperti kartu domino dalam beberapa hari terakhir ketika Taliban menyerbu ibu kota Kabul.
AS masuk ke Afghanistan sejak Desember 2001 setelah peristiwa penyerangan menara kembar yang dikenal dengan istillah '9/11' 9 September 2001.
Kelompok Taliban akhirnya berhasil mengambilalih Istana Kepresidenan Afghanistan di Kabul. Sementara itu, Presiden Afganistan, Ashraf Ghani, kabur dari Kabul pada Minggu (15/08/2021) waktu setempat saat Taliban memasuki kota tersebut.
![]() Hundreds of people run alongside a U.S. Air Force C-17 transport plane as it moves down a runway of the international airport, in Kabul, Afghanistan, Monday, Aug.16. 2021. Thousands of Afghans have rushed onto the tarmac at the airport, some so desperate to escape the Taliban capture of their country that they held onto the American military jet as it took off and plunged to death. (Verified UGC via AP) |
Melansir NPR, Minggu (22/8/2021) berikut adalah empat dampak Taliban menguasai Afganistan.
Sebetulnya Taliban adalah faksi politik dan agama ultrakonservatif yang muncul di Afghanistan pada pertengahan 1990-an. Mengutip situs Britannica, Taliban muncul seiring dengan penarikan pasukan Soviet dan runtuhnya rezim komunis Afghanistan serta kehancuran tatanan sipil di negara tersebut.
Nama Taliban berasal dari bahasa Pashto yang artinya murid, sedangkan anggota kelompok Taliban sebagian besar terdiri dari siswa di madrasah yang didirikan untuk pengungsi Afghanistan pada 1980-an di Pakistan utara.
Pertama, soal hak asasi manusia. Di wilayah yang mereka kuasai sebelum akhir pekan ini, ada bukti kuat bahwa Taliban saat ini dan Taliban 20 tahun lalu tidak jauh berbeda.
Taliban di masa lalu terkenal karena menolak pendidikan bagi wanita, melakukan eksekusi publik terhadap lawan-lawan mereka, menganiaya kaum minoritas, seperti Hazara Syiah, dan menghancurkan batu Buddha raksasa kuno yang tak ternilai di Bamiyan.
Tidak ada alasan untuk berpikir bahwa rezim baru Taliban tidak akan merusak pemandangan kemanusiaan lainnya. Sebagaimana disampaikan oleh Husain Haqqani, mantan duta besar Pakistan untuk AS.
"Taliban telah mengeksekusi orang secara serampangan, mereka telah mencambuk wanita, mereka telah menutup sekolah. Mereka telah meledakkan rumah sakit dan infrastruktur," ujarnya memperingatkan.
Kedua, Taliban bisa kembali menjadi tempat berlindung yang aman bagi para ekstremis.
Penyebab utama invasi pimpinan AS ke Afghanistan setelah serangan teroris 11 September 2001 adalah penolakan Taliban untuk menyerahkan Osama bin Laden, yang dianggap oleh AS sebagai buronan internasional.
Sementara dalam beberapa bulan terakhir, beberapa ahli telah mempertimbangkan, menunjukkan bahwa kekhawatiran tentang teroris seperti itu berlebihan, tidak ada jaminan bahwa Afghanistan tidak akan sekali lagi menjadi tempat yang aman bagi teroris, baik mereka yang berniat membahayakan AS atau negara asing lainnya.
"Taliban adalah teroris, dan mereka akan mendukung teroris," ujar mantan Menteri Pertahanan AS Leon Panetta memberikan penilaian yang blak-blakan ini.
"Jika mereka menguasai Afghanistan, tidak ada pertanyaan dalam pikiran saya bahwa mereka akan memberikan tempat yang aman bagi al-Qaida, untuk ISIS dan untuk terorisme pada umumnya. Dan itu, sejujurnya, merupakan ancaman keamanan nasional bagi Amerika Serikat," imbuhnya.
NEXT: Simak Dampak Lainnya